CakapCakap – Guru Besar bidang Kimia Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) Yahdiana Harahap mengingatkan obat yang mengandung bahan cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) memiliki batasan. Jika cemaran EG dan DEG berlebihan maka bisa memberikan efek seperti mual, muntah, hingga asidosis.
Yahdiana menjelaskan, ada aturan pembuatan obat yang mengandung cemaran EG dan DEG.
“Cemaran ini tidak boleh melebihi batas aman yaitu 0,1 persen dalam larutan. Sedangkan toleransi daily intake untuk dietilen glikol itu 0,5 per kilogram berat badan,” ujarnya dalam konferensi virtual, Sabtu, 22 Oktober 2022, seperti dikutip Republika.
Berdasarkan literatur yang dirinya baca, ia mengetahui bahwa etilen glikol yang masuk tubuh memang cepat diserap tubuh. Sebanyak 80 persen akan diserap saluran cerna yang dimetabolisme dan hanya 20 persen yang dikeluarkan di urine dalam bentuk utuh. Kemudian, dia melanjutkan, dari komposisi 80 persen mungkin bisa diubah metaboliknya oleh enzim yang ada dalam tubuh yaitu alkohol dehidrogenase menjadi senyawa aldehida dan dioksidasi lagi.
Jadi, dia melanjutkan, bisa berbentuk berbagai senyawa seperti glikol acid, asam glioksilat, asam glioksilat, terakhir ada asam oksalat. Oleh karena itu, dia melanjutkan, ada batasan etilen glikol dan dietilen glikol karena sudah diperkirakan jika berlebihan bisa menjadi kontaminan. Artinya, jika kandungan cemaran melebihi ketentuan maka bisa menimbulkan bahaya.
“Kalau memang jumlahnya besar, kontaminan mungkin terakumulasi dan bisa menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa lain di dalam tubuh. Ini hampir semuanya asam dan menyebabkan asidosis yaitu PH asam dalam tubuh sangat tinggi,” katanya.
Ia mengakui keadaan asidosis bisa terjadi kalau kondisinya ekstrem. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan mual dan muntah juga ada karena dia membentuk senyawa lain dalam tubuh. Bahkan dari literatur yang dirinya baca, urine juga bisa berkurang.
“Selain itu, kalau kadarnya besar juga mempengaruhi metabolisme. Kalau tidak salah ada juga yang diabsorpsi ke paru-paru dan juga kulit mungkin bisa menyebabkan hal lainnya lagi,” katanya.