in

Ini Alasan Kenapa Kebanyakan CEO Tidak Rendah Hati

Tak lama lagi negara kita akan melangsungkan serangkaian pesta demokrasi, dimulai dari pilkada serentak di tahun 2018 yang sudah  terlaksana dan diakhiri dengan pilpres di tahun 2019. Dan, sebagaimana kita ketahui bersama, semua calon yang memajang dirinya di berbagai ruang publik dan mempertontonkan kepiawaiannya berorasi akan dapat dengan mudah ditemui rakyat jelata sekalipun; mulai dari sekedar mengunjungi gubug reyot mereka hingga makan bersama di warung kaki lima bersama konstituen. Para calon wakil rakyat ini benar-benar rendah hati, ya.

Tapi, kamu tentunya sudah memaklumi kalau itu semua hanya tontonan. Ya, bagaimanapun juga, sifat rendah hati merupakan gerbang menuju kemenangan, terutama bagi mereka yang ingin memegang tampuk kekuasaan. Mereka, mulai dari politisi hingga artis papan atas, paham betul bahwa mempertontonkan mereka sebagai sosok yang rendah hati bakal mendongkrak lebih tinggi lagi posisi mereka dari tempat semula di hati rakyat. Hal yang sama juga disadari oleh para CEO.

Ide akan sosok CEO yang rendah hati sebenarnya berangkat dari bayangan akan sosok pahlawan perusahaan yang turun tangan sendirian menuntaskan persoalan yang ada. Dan, ketika berhadapan dengan situasi sulit, para CEO yang rendah hati tidak akan segan-segan mengorbankan diri mereka untuk kebaikan bersama. Intuisi semacam ini diperkuat oleh berbagai studi yang mengatakan kalau para pemimpin yang rendah hati dan merakyat cenderung lebih sederhana, stabil secara emosional dan mau belajar. Tak mengherankan jika para pemimpin semacam ini akan jarang banget mempertontonkan watak ekstrovert seperti narsisme.

Di saat yang sama, di dunia bisnis perusahaan, konon didapati bahwa perusahaan dan tim yang dipimpin oleh sosok yang rendah hati akan menunjukkan performa lebih bagus. Akan tetapi, meskipun rendah hati itu baik untuk keuangan perusahaan, sulit sekali menemukan CEO yang benar-benar rendah hati. Mengapa demikian?

FYI, salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang rendah hati adalah kesadaran akan dirinya sendiri. Yang bersangkutan paham betul kelebihan dan kekurangannya. Meski demikian, orang awam cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka dan mengabaikan kekurangan yang dimiliki para pemimpin mereka. Hal ini ditunjukkan oleh hasil riset, yang menunjukkan bahwa rata-rata orang merasa dirinya jauh lebih baik dari orang kebanyakan. Masing-masing orang merasa dirinya lebih cerdas, lebih rupawan dan bahkan lebih jago dalam urusan remeh seperti menyetir.

Kekuatan terbesar seorang pemimpin yang rendah hati adalah kesadaran akan dirinya sendiri via https://s3.amazonaws.com/www.ceo.com/wp-content/uploads/2015/05/gettyimages-463765467-1.jpg

Nah, pikiran semacam ini juga dimiliki para CEO, membuat mereka sama rentannya mengalami kegagalan gara-gara terlalu berlebihan menilai kekuatan mereka. Alasan utama mengapa CEO cenderung seperti itu adalah karena mereka sangat percaya diri. Apapun cara yang mereka tempuh dan latar belakang sosial ekonomi, mereka berhasil tampil sebagai pemenang. Dan itulah yang membuat mereka percaya diri. Keyakinan diri yang berlebih semacam ini bisa membahayakan roda perusahaan. Berbagai studi menunjukkan kalau para CEO yang terlalu berlebihan menilai kemampuan mereka cenderung berakhir pada diluncurkannya produk baru yang gagal di pasaran dan performa perusahaan yang naik turun dengan tajam.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa posisi CEO sebenarnya terbuka untuk umum dewasa ini. Yang menjadi CEO tidak harus anak pendiri perusahaan atau bahkan pendiri perusahaan itu sendiri. Tak mengherankan jika banyak yang mengincar posisi CEO karena tidak hanya bergengsi tapi juga gajinya cenderung lebih tinggi. Tentu saja, posisi sebagai CEO menarik di mata mereka yang punya bakat untuk tampil karismatik. Mengapa demikian? Karena para CEO yang dipandang karismatik seringkali berakhir dengan gaji lebih besar. Hal ini menjadikan sulit sekali menemukan sosok CEO yang benar-benar rendah hati, karena mereka sendiri dituntut atau (pada dasarnya) suka tampil karismatik dan tebar pesona.

Namun, ada kalanya seorang CEO memang tidak boleh tampil rendah hati. Mengapa demikian? Salah satunya karena sosok yang rendah hati cenderung terlampau berhati-hati saat dituntut untuk mengambil keputusan tepat dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, sebagian besar CEO tampil sedikit arogan karena yang bersangkutan ada kalanya harus mengambil keputusan di kondisi kritis. FYI, CEO yang rendah hati ada kalanya lebih suka bersama-sama mencari solusi atau bermusyawarah dengan anggota timnya dalam rangka menemukan solusi bersama.

Pola kepemimpinan yang tepat sangatlah krusial bagi semua organisasi. Di saat yang sama, seorang CEO dituntut untuk rendah hati sekaligus arogan di kesempatan yang berbeda agar roda perusahaan tetap berjalan dengan baik. Bagaimanapun juga, karakter rendah hati merupakan komoditas yang sulit ditemui di tengah para eksekutif papan atas. Padahal, perusahaan yang berhasil menemukan CEO yang benar-benar rendah hati lah yang bakal tampil sebagai pemenang.****

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ke Bangkok Tak Singgah ke Sini? Dijamin Kamu Akan Rugi

Ya Ampun, Pasangan Bule Ini Tertipu Beli Durian Seharga 6 Juta!