CakapCakap – Cakap People! Inggris mendukung 15 studi baru tentang pengobatan dan diagnosis “long COVID“, yang merupakan suatu kondisi yang dapat mencakup banyak gejala dan berlangsung selama berbulan-bulan setelah serangan awal infeksi COVID-19.
Reuters melaporkan, proyek-proyek ini, yang akan mendapatkan hampir 20 juta pound ($ 27,54 juta) dari dana pemerintah, akan fokus pada pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tersebut, mengidentifikasi perawatan yang efektif dan cara terbaik untuk merawat mereka yang menderita long COVID.
Orang-orang dengan long COVID dapat memiliki gejala mulai dari kelelahan dan kabut otak (brain fog) hingga sesak napas dan kerusakan organ, kata para ahli.
“Paket penelitian ini akan memberikan harapan yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan jangka panjang setelah COVID-19,” kata Nick Lemoine, ketua komite pendanaan long COVID dari National Institute for Health Research.
Satu studi, di University College London, akan merekrut lebih dari 4.500 orang dengan long COVID untuk menguji keefektifan obat yang ada sebagai perawatan selama tiga bulan untuk melihat dampaknya pada gejala, kesehatan mental, dan kemampuan untuk kembali bekerja.
Studi ini juga akan melihat apakah pemindaian MRI dapat digunakan untuk mendiagnosis kerusakan organ.
Studi lain di Universitas Cardiff akan melihat apakah kondisi long COVID-19 tersebut disebabkan oleh respons kekebalan yang terlalu aktif atau terganggu, sementara penelitian di Leeds, Oxford, dan Glasgow akan memeriksa rezim perawatan terbaik, penyebab sesak napas, dan dampak obesitas di antara masing-masing orang dengan long COVID.
Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan soal anggaran 100 juta pound untuk layanan untuk mendukung mereka yang menderita long COVID, dengan 80 layanan penilaian dibuka di Inggris sejauh ini.
“Penelitian baru ini sangat penting untuk meningkatkan diagnosis dan perawatan dan akan mengubah hidup mereka yang berjuang melawan gejala virus jangka panjang,” kata menteri kesehatan Sajid Javid.