CakapCakap – Cakap People! Indonesia bersiap untuk mendapatkan 50 juta dosis vaksin virus corona dari produsen obat Pfizer dan AstraZeneca. Demikian diungkapkan oleh Menteri Kesehatan RI yang baru, Budi Gunadi Sadikin, pada Selasa, 29 Desember 2020.
Menurut laporan Reuters, Menkes mengatakan bahwa kesepakatan dengan AstraZeneca akan diselesaikan sebelum akhir tahun, sementara kesepakatan dengan Pfizer akan ditandatangani pada minggu pertama Januari 2021.
Vaksin AstraZeneca diperkirakan tiba pada kuartal kedua 2021 dan Pfizer pada kuartal ketiga 2021.
Jadi, Indonesia berencana untuk memulai vaksinasi dengan menggunakan vaksin Sinovac terlebih dahulu.
Vaksin Sinovac produksi farmasi China tersebut telah tiba di Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020, yaitu sebanyak 1,2 juta dosis pada pengiriman pertama dan akan kembali mendapatkan 1,8 juta dosis pada Januari, setelah memperoleh izin penggunaan darurat.
Hasil sementara dari uji coba vaksin fase III diharapkan akan dikirimkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia bulan depan.
Berbicara pada konferensi pers resmi pertamanya, Menkes mengatakan bahwa 1,3 juta pekerja kesehatan garis depan akan diprioritaskan dalam pemberian vaksin.
“Mereka adalah kelompok orang terpenting dalam pertempuran kami melawan pandemi,” kata Menkes.
Pegawai negeri akan berada di barisan berikutnya untuk suntikan vaksin, dan untuk mereka yang berada di “zona merah” infeksi yang berusia antara 18 hingga 59 diprioritaskan pada putaran kedua vaksinasi.
Indonesia lebih memfokuskan programnya pada rentang usia tersebut daripada pada lansia dalam upaya melindungi masyarakat dalam usia produktif.
Bambang Heriyanto, Sekretaris Perusahaan Produsen Obat Negara Bio Farma, mengatakan strategi itu akan memungkinkan Indonesia mencapai kekebalan kawanan (herd immunity).
Indonesia juga mengumumkan telah mendapatkan 329 juta dosis vaksin, termasuk sekitar 125 juta dari Sinovac, 50 juta dari Novavax dan 54 juta dari program vaksin global COVAX.
Sebuah survei bulan Desember yang dilakukan oleh lembaga survei Indonesia Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan 37% dari 1.202 responden bersedia divaksinasi, sementara 40% akan mempertimbangkannya dan 17% akan menolak.
Sementara mengakui peran penting vaksinasi, ahli epidemiologi Pandu Riono memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan vaksinasi.
“Vaksin merupakan langkah pencegahan kedua, yang pertama adalah perilaku dan pengawasan, pengujian, pelacakan kontak dan isolasi,” ujarnya.