CakapCakap – Ketua Satuan Tugas COVID-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengungkapkan lima jenis obat COVID-19 yang ternyata tidak bermanfaat. Bahkan, obat-obat itu menimbulkan efek samping pada pasien.
“Obat-obat (ini) yang dulu dipakai untuk COVID-19 dan kini terbukti tidak bermanfaat, bahkan menyebabkan efek samping serius pada beberapa kasus,” kata Zubairi lewat akun Twitter resminya.
1. Ivermectin
Zubairi mengatakan, banyak laporan pasien memerlukan perhatian medis, termasuk rawat inap, setelah mengonsumsi obat ini.
Penggunaan ivermectin untuk pasien COVID-19, kata dia, memang tidak disetujui Badan Pengawas Obat & Makanan (FDA) Amerika Serikat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan regulator obat Uni Eropa.
2. Klorokuin
Zubairi mengatakan, obat yang telah dipakai ratusan ribu orang di seluruh dunia ini ternyata tidak ada manfaat antivirusnya. Obat ini justru terbukti berbahaya untuk jantung.
“Jadi, Klorokuin tidak boleh dipakai lagi,” ujarnya.
3. Oseltamivir
Zubairi mengatakan, obat ini tidak terbukti secara ilmiah dapat mengobati COVID-19. Obat ini sebenarnya untuk influenza.
“Bahkan, WHO sudah menyatakan obat ini tidak berguna untuk COVID-19. Kecuali saat Anda di tes terbukti positif Influenza, yang amat jarang ditemukan di Indonesia,” ujarnya.
Zubairi bilang, sebagai pengganti obat Oseltamivir, pasien COVID-19 bisa mengonsumsi obat antivirus seperti Avigan atau Favipiravir, Molnupiravir, dan Remdesivir. “Nanti biar dokter Anda yang memilihkan,” katanya.
4. Plasma Convalescent
Zubairi menjelaskan, penggunaan Plasma Convalescent sama sekali tidak bermanfaat untuk pasien COVID-19. Selain itu, pemberian Plasma Convalescent juga mahal dan prosesnya begitu memakan waktu.
“Oleh WHO tidak direkomendasikan (penggunaan Plasma Convalescent), kecuali dalam konteks uji coba acak dengan kontrol,” ujarnya.
5. Azithromycin
Obat ini, kata Zubairi, juga tidak bermanfaat sebagai terapi COVID-19, baik skala ringan maupun sedang.
“Kecuali ditemukan bakteri selain virus penyebab Covid-19 dalam tubuh Anda. Kalau hanya COVID-19, maka obat ini tidak diperlukan,” ungkapnya.