in ,

Hikmah di Balik Penurunan Populasi Jepang

Kakek-Nenek Jepang lebih bugar via asiasociety.org

 

Sudah bukan rahasia lagi kalau Jepang menderita banget soal pertumbuhan populasi. Konon, kalau pertumbuhan penduduk Jepang masih seperti sekarang juga, tahun 3000 nanti Jepang tinggal nama. At least, yang tinggal di Jepang bukan orang Jepang lagi, tapi imigran dari seluruh dunia.

Akankah se-mengerikan itu? Bisa jadi tidak.

Populasi Jepang yang didominasi orang tua dianggap sebagai pembawa sial ketimbang berkah. Tapi, sebagaimana dilansir dari Nikkei, hal ini tidak sepenuhnya salah, kok. Beberapa dekade ke depan, populasi Jepang yang kian menua masih punya peluang secara ekonomi maupun sosial untuk menjadikan negara itu lebih baik lagi. Yang menjadi masalah berikutnya apakah orang Jepang punya imajinasi dan keberanian yang kuat untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Kemajuan teknologi kesehatan dan melek informasi membuat Negeri Sakura ini 34 persen populasinya dikuasai oleh mereka yang berumur 60 tahun ke atas. 20 tahun lagi persentase ini naik menjadi 41 persen. Itu yang bakal membuat Jepang tak lagi sebagai negara tempat matahari terbit, guys. Sebaliknya, Jepang bakal menjadi negara matahari terbenam.

FYI, kamu gak bisa  menyamakan kakek-kakek di Jepang kekinian dengan mereka yang hidup beberapa dekade lalu. Dibanding senior-senior mereka, aki-nini di Jepang zaman now jauh lebih bugar dan sehat. Angka harapan hidupnya juga meningkat pesat menjadi 70 tahun untuk pria dan 74 tahun untuk wanita. Keren bukan?

Nenek Zaman Now di Jepang via nationalgeographic.co.id

Nggak cuma itu, kakek nenek Jepang zaman now pun jauh lebih makmur. Statistik resmi pemerintah Jepang memperlihatkan kalau aset finansial terakumulasi yang dimiliki oleh mereka yang berusia 60 tahun ke atas mencapai 69 persen dari total aset milik orang Jepang di tahun 2016. Ini merupakan peningkatan dari tahun 2015 yang hanya 53 persen!

Tingginya penghasilan kakek dan nenek Jepang zaman now membuat mereka punya akses lebih ke kesehatan. Lagi-lagi sumbernya statistik, di mana mereka yang berumur 60-69 tahun menguasai pasar fitness club dengan penguasaan sebesar 37 persen, sementara pasar tersebut totalnya bernilai 400 miliar yen. Peluang ini dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan untuk memberi layanan kepada orang tua. Contohnya adalah Aeon, yang melengkapi shopping center mereka dengan gym khusus untuk kakek nenek.

Penurunan populasi di Jepang juga mengubah cara warga Jepang di akar rumput berinteraksi. Di sebuah rumah komunitas di Prefektur Fukuoka misalnya, membuka semacam lowongan untuk wanita tua agar bisa tinggal dengan ibu-ibu single yang lebih muda sehingga bisa memainkan peran sebagai orang tua pengganti alias surrogate parent.

Banyaknya orang tua juga membuat aksi menjadi sukarelawan sesuatu yang disukai. Misal saja, Japan International Cooperation Agency alias JICA, membuka program bagi mereka yang berumur 40 sampai 69 tahun atau mereka yang lebih muda untuk tinggal di luar negeri dan membantu semua jenis persoalan mulai dari engineering hingga meningkatkan perekonomian lokal.

Program volunteer untuk orang tua ini populer banget, guys, di mana sekarang ada 2,5 kandidat lebih banyak di sebuah tempat dibanding 2 tahun lalu. Nggak heran, sih. Tua dan gak punya anak, pastinya kakek-nenek ini hanya ingin hidupnya berarti.

So, jangan heran ya, kalau nantinya di sekitar tempat tinggal kamu ada orang Jepang yang jiwa sosialnya tinggi banget.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kabar Baik Buat Calon Penghuni Planet Merah, Cacing Tanah Bisa Hidup di Tanah Mars

Lebih Intim Lagi dengan ‘Jeroan’ iPhone X, Yuk!