CakapCakap – Ada kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat bahwa minuman isotonik bisa menggantikan lebih cepat asupan cairan tubuh yang hilang selama melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Cakap People pun mungkin juga pernah berpikiran seperti itu. Apalagi, banyak pula iklan minuman isotonik dari berbagai merek yang menggambarkan atau menyebutkan hal tersebut. Padahal, fakta yang sebenarnya ternyata tidak demikian lho! Lalu, cairan apakah yang sebaiknya harus diminum?
Studi dari American College of Sports Medicine (ACSM) pada tahun 2010 lalu menyatakan bahwa air mineral merupakan yang paling baik untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. “Ini sering salah kaprah, karena orang merasa bahwa harus di-replace dengan air isotonik. Padahal guideline-nya dari ACSM, air isotonik itu hanya untuk replacement kalau event-nya di atas satu jam. Kalau di bawah, sebenarnya air mineral saja pun sudah cukup,” ungkap praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Jack Pradono Handojo, MHA, seperti yang dimuat laman Detik.com.
Air isotonik sendiri sebenarnya memang ada manfaatnya, namun terutama untuk lari jarak jauh, dan bukan lari jarak pendek. Menurut dr Jack, lari jarak jauh dengan durasinya di atas satu jam memang membutuhkan recovery dan suplementasi dari gula, yang bisa didapatkan dari minuman isotonik. “Gak ada bahayanya. Cuma rugi aja, karena biasanya orang mau lari kan dia pengen kurus. Isotonik ini banyak gulanya, sampai 25 gram. Padahal WHO menganjurkan konsumsi harian gula itu hanya 25 gram sehari,” kata dr Jack lagi menambahkan penjelasannya terkait dengan minuman isotonik ini.
Tak hanya itu, dr Jack juga mengingatkan bahwa selama ini memang ada banyak pemahaman yang salah di tengah-tengah masyarakat, terutama terkait sejumlah mitos berkaitan dengan kesehatan dan olahraga. Padahal, pada kenyataannya itu hanya merupakan hoax. “Hoax kesehatan adalah informasi terkait kesehatan yang keliru dan belum terjamin serta teruji secara medis,” kata dr Jack.
Oleh karena itu, dia menyarankan tidak ada salahnya untuk mengkonfirmasi terkait kebenaran suatu informasi kesehatan. Pasalnya, hoax kesehatan bukan hanya menghilangkan manfaat olahraga, tapi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya cedera, dan bahkan kematian mendadak akibat serangan jantung pada saat berolahraga. Nah, hati-hati ya, Cakap People!