in ,

Hati-Hati! Ini Tahap Serangan Jantung Saat Olahraga

Bisa terjadi kapan saja termasuk saat olahraga, yang bisa menyebabkan kematian mendadak

CakapCakap – Belakangan ini semakin banyak terjadinya kasus kematian mendadak akibat serangan jantung saat berolahraga. Cakap People tentu juga pernah mengetahuinya, dan bahkan mungkin saja memiliki risiko yang sama mengalami serangan jantkematung ketika berolahraga. Namun, antisipasi risiko kematian mendadak tersebut sebenarnya dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tanda serangan jantung. Berikut ini tahap-tahap serangan jantung yang dapat saja terjadi ketika kamu berolahraga.

Serangan jantung bisa terjadi kapan saja, termasuk saat berolahraga, yang bisa menyebabkan kematian mendadak. Via halodoc.com

Menurut praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Jack Pradono Handojo, MHA, salah satu tandanya adalah detak jantung terasa berdebar-debar hebat dengan frekuensi denyut nadi di atas 160 bpm (beat per minute). Jadi, anggapan bahwa tubuh akan terasa panas saat mendekati batas maksimal kerja jantung itu kurang tepat. “Panas ini gak selalu, patokannya adalah frekuensi napas dan frekuensi nadi. Biasanya yang terjadi, denyut nadinya naik sampai 180-190, itu sebenarnya udah tanda-tanda bahwa dia udah gak sanggup lagi,” jelasnya dimuat laman Detik.com.

Kemudian, juga akan sulit mengatur napas. Ketika mulai merasa sesak atau napas terengah-engah dan sulit untuk lari sambil bicara, maka itu tandanya harus mengurangi power saat berolahraga. “Biasanya orang pakai monitor, kalau sudah di 180 bpm dia ngasih sinyal. Kemudian kita turunkan temponya, turunkan intensitasnya, turunkan speed-nya. Sampai dia turun lagi ke 150, baru safe lagi untuk running. Orang yang gak pakai monitor bisa bablas. Tiba-tiba kalau udah di 200, naik-naik pada titik tertentu bisa cardiac arrest (henti jantung),” ungkap dr Jack lagi mengingatkan bahayanya itu.

Risiko kematian mendadak bisa diantisipasi dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tanda serangan jantung. Via hellosehat.com

Tanda berikutnya, terasa berkunang-kunang atau mual, dan pada kondisi ini maka wajib berhenti olahraga. Jika memaksakan diri tetap beraktivitas fisik, maka bisa berakibat fatal. Pada saat kepala terasa pening dan pandangan berkunang-kunang, pelari harus berhenti sejenak agar tidak pingsan.

Selanjutnya, Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH juga mengatakan saat oksigen di otak mulai menipis, orang akan pingsan. Namun, pada titik itu dia belum meninggal. “Penanganan ketika pingsan inilah yang paling penting. Ketika dia tidak bernapas, segera berikan oksigen atau pernapasan buatan. Kalau memang dia ada gangguan jantungnya, kemudian dengan dia melakukan excersise akhirnya memaksa jantung bekerja keras. Dalam waktu singkat terjadi henti jantung,” ucap dr Ari pula menambahkan. Nah, harus diperhatikan ya, Cakap People!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Waspada! Risiko Kematian Mendadak Sangat Besar dalam Lomba Lari

Hari Kesehatan Mental Sedunia: Empat Perubahan Gaya Hidup Ini Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental