in ,

Hasil Pemeriksaan Suhu COVID-19 Bakal Sia-sia Jika Tidak Dilakukan Secara Akurat, Inilah yang Harus Kamu Ketahui!

Bagaimana kita dapat benar-benar yakin bahwa pemeriksaan suhu itu dilakukan dengan benar dan hasil yang diperoleh melalui screening ini akurat?

CakapCakapCakap People! Pemeriksaan suhu tubuh kini sudah menjadi sebuah protokol kesehatan wajib dilakukan di sejumlah tempat atau pusat bisnis dan perkantoran di tengah pandemi COVID-19. Pastikan kamu sedang tidak demam saat berada di tempat-tempat yang memerlukan pemeriksaan suhu tubuh seperti ini.

Lalu, bagaimana jika kita berada pada kondisi tersebut? Bagaimana kita dapat benar-benar yakin bahwa pemeriksaan suhu itu dilakukan dengan benar dan hasil yang diperoleh melalui screening ini akurat? Nah, dalam sebuah postingan di Twitter baru-baru ini yang diunggah oleh dokter di Malaysia, telah ditemukan bahwa margin of error untuk beberapa tes suhu ini dapat menyebabkan rasa aman yang salah.

Postingan tersebut yang diunggah oleh Dr Helmy Haja Mydin — dokter spesialis paru-paru di Rumah Sakit Pantai Kuala Lumpur — menunjukkan hasil tertulis dari pemeriksaan suhu tubuh yang diperoleh dari pengunjung sebuah restoran di Petaling Jaya, sesuai dengan SOP baru yang saat ini sedang diberlakukan oleh pemerintah.

Foto yang menyertai postingan itu menunjukkan hasil pemeriksaan suhu tubuh yang berkisar dari 33,0 derajat Celcius hingga sekitar 29 derajat Celcius.

Bagi mata yang tidak terlatih, angka hasil pemeriksaan suhu tubuh itu mungkin terlihat normal dan tidak terlalu mengejutkan. Namun secara medis, tubuh manusia normal harus mencatat suhu tubuh di mana saja antara 36 derajat Celcius hingga 37,5 derajat Celcius. Jadi, berapapun suhu di luar itu dianggap sebagai gejala demam.

Berapapun hasil selain suhu ini sudah menjadi alarm. Adapun satu orang yang mencatat suhu tubuh 29 derajat Celcius, mereka bisa jadi zombie, kata Dokter Umum Dr Rizin Kusop, karena biasanya mayat cenderung mencapai suhu kamar sekitar saat panas menghilang dari dalam tubuhnya. 

Menurut Very Well Health, mayat kehilangan suhu tubuh sekitar dua derajat Celcius pada jam pertama; satu derajat setiap jam sesudahnya. 

Suhu tubuh yang mencapai 29 atau 28 derajat Celcius juga dapat ditemukan pada orang yang menderita hipotermia berat, menurut The Better Health Channel yang dioperasikan oleh Pemerintah Negara Bagian Victoria di Australia.

Dokter Helmy memberikan caption pada postingannya dengan mengatakan:

“Tidak ada gunanya melakukan pemeriksaan suhu jika peralatan tidak akurat. Gunakan peralatan yang tepat dan periksa termometer Anda — kami tidak menginginkan garansi palsu! “

Dokter Helmy ketika dihubungi oleh harian Melayu mengatakan bahwa pembacaan suhu yang tidak akurat bisa membuat orang yang benar-benar menunjukkan gejala demam dan terinfeksi COVID-19 akhirnya diizinkan masuk ke toko atau restoran dan menyebarkan kepada yang lain.

“Demam adalah gejala COVID-19 dan kami tidak ingin orang yang terinfeksi menyebarkan penyakit kepada orang lain,” tambahnya, seperti dilansir World of Buzz, Kamis, 28 Mei 2020.

Foto via Twitter Dr Helmy Haja Mydin

Bagaimana pembacaan hasil pemeriksaan suhu itu bisa salah?

Menurut Dr Helmy, pembacaan yang salah dapat dikaitkan dengan beberapa faktor inti, di antaranya termasuk kegagalan untuk mengkalibrasi termometer dengan benar sebelum digunakan, kurang pengetahuan dalam menggunakan termometer, dan tentu saja kualitas pistol termometer itu sendiri.

Alat pistol termometer katanya, harus dikalibrasi sebelum digunakan. Mereka juga perlu dikalibrasi jika mereka pernah jatuh, atau jika mereka telah digunakan beberapa kali.

Dan ternyata, alat termometer yang digunakan oleh sebagian besar di tempat-tempat bisnis sekarang, yang juga disebut termometer arteri temporal yang menggunakan cahaya inframerah untuk memindai dahi untuk pemeriksaan suhu adalah bukan yang paling akurat. Ingatkah kamu termometer mercury yang dimasukkan dokter ke dalam mulut saat kamu sakit? Ya, itu yang paling akurat, tetapi juga lebih rumit karena akan membutuhkan sterilisasi yang konstan.

Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan termometer, bahwa beberapa orang yang ditugaskan untuk melakukan screening suhu di tempat-tempat bisnis itu tidak benar-benar tahu apa yang dianggap sebagai ‘suhu tubuh normal’, ungkap Dr Ahmad Zakimi Abdullah, seorang spesialis kedokteran darurat di Departemen Kesehatan.

Foto: New England Public Radio

Menurut Dr Ahmad, ketika termometer inframerah digunakan di dahi kamu, pembacaan 36 derajat Celcius dan 37,4 derajat Celcius adalah normal. Yang lebih tinggi dari itu mengindikasikan demam.

Di sisi lain, pembacaan 37,2 derajat Celcius dan diperoleh dari mengambil suhu seseorang dengan ketiak mereka dianggap normal. Yang lebih tinggi mengindikasikan demam.

Dengan semua informasi ini, sudah saatnya kita memastikan pembacaan suhu dilakukan secara akurat di sebagian besar outlet! Untuk para pemilik bisnis, harap memastikan alat pemeriksaan suhu berfungsi dengan baik, dan staf yang bertugas untuk melakukan screening suhu cukup terlatih untuk memastikan upaya pemeriksaan suhu itu tidak sia-sia.

One Comment

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Thailand Bakal Sponsori 50 Persen Biaya Akomodasi Perjalanan Kamu Berikutnya!

Tetap Waspada Pandemi, Jerman Perpanjang Masa Jaga Jarak Hingga 29 Juni 2020