in

Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Bogor pada 10 Oktober 2019, Ini Waktunya!

Hari tanpa bayangan disebabkan karena bentuk lintasan bumi mengelilingi matahari yang tidak bulat, melainkan berbentuk elips dengan posisi matahari berada di tengahnya

CakapCakapCakap People! Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor menyampaikan bahwa hari ini merupakan hari tanpa bayangan.

“Dalam astronomi kondisi ini disebut dengan kulminasi,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Citeko Asep Firman Ilahi kepada Antara, Rabu, 9 Oktober 2019.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Asep Firman Ilahi. [ANTARA/M Fikri Setiawan]

Menurut Asep, fenomena bernama kulminasi ini terjadi sebanyak dua kali dalam setahun. Tahun ini, kata dia, berlangsung pada 22 Maret dan 10 Oktober.

Asep mengatakan masing-masing wilayah akan mengalaminya secara bergantian dalam hitungan menit. Khusus di wilayah Bogor, hari tanpa bayangan 10 Oktober berlangsung pada pukul 11:39:54 WIB.

Adapun kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.

Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.

Hari tanpa bayangan disebabkan karena bentuk lintasan bumi mengelilingi matahari yang tidak bulat, melainkan berbentuk elips dengan posisi matahari berada di tengahnya.

Sejumlah pengunjung melintasi hiasan payung warna-warni di kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak, Kalbar, Rabu, 21 Maret 2019. Hiasan ratusan payung tersebut meramaikan peringatan Pesona Titik Kulminasi Matahari yang rutin terjadi setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September 2019. [ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/18].

Selain itu pada saat mengelilingi matahari, bumi berputar seperti gasing dengan gerak semu matahari 23,5 derajat utara dan selatan. Sehingga seolah-olah matahari berada di utara dan kembali ke selatan.

“Fenomena kulminasi identik dengan masa transisi atau pancaroba. Dalam fase ini, ketika matahari bergulir ke selatan maka di belahan bumi selatan akan mengalami kenaikan suhu permukaan laut dan ditandai dengan musim hujan di selatan. Begitu juga sebaliknya,” kata Asep.

KANTOR BERITA ANTARA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Wah! Mandi Air Dingin Diyakini Bisa Menurunkan Berat Badan, Benarkah?

Selain Bogor, Hari Tanpa Bayangan Juga Dapat Dinikmati di Jawa Tengah dan Yogyakarta Oktober Ini