in ,

Halmahera Selatan Umumkan Status Darurat Pasca Gempa 7,3 Skala Richter

Status tanggap darurat itu diberlakukan selama 7 hari, yaitu sejak Senin, 14 Juli hingga Minggu, 21 Juli 2019.

CakapCakapCakap People! Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara menetapkan status tanggap darurat di kabupaten tersebut setelah gempa berkekuatan 7,3 terjadi pada hari Minggu, 14 Juli 2019, yang diikuti setidaknya 70 gempa susulan. Peristiwa itu merenggut dua nyawa dan lebih dari 2.000 orang mengungsi.

Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, gempa juga menghancurkan 20 rumah di desa Rangga-Rangga, kabupaten Gane Timur, 28 rumah di desa Saketa, kabupaten Gane Barat, enam rumah di desa Dolik, kabupaten Gane Barat Laut dan lima rumah di Desa Kluting Jaya, kabupaten Weda Selatan.

Tangkapan layar dari situs web USGS menunjukkan lokasi gempa di Halmahera Selatan dan di kabupaten Biak Numfor di Indonesia dan beberapa gempa susulan pada 14 Juli 2019. (Jakarta Post).

Status tanggap darurat itu diberlakukan selama 7 hari, yaitu sejak Senin, 14 Juli hingga Minggu, 21 Juli 2019.

“Status darurat sudah berlaku selama tujuh hari, dari [Senin] hingga [Minggu],” kata Agus saat konferensi pers di kantor pusat BNPB di Jakarta, Senin.

Masyarakat yang terkena dampak gempa,  mengungsi di 14 tempat penampungan sementara di Halmahera Selatan yang didirikan di kantor bupati, kantor polisi pusat dan sebuah masjid, kata Agus.

Agus mengatakan bahwa BNPB telah mengirim staf ke daerah-daerah yang terkena gempa untuk menangani dampaknya, sementara pemerintah daerah bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nasional mendirikan tenda dan mendistribusikan kebutuhan dasar di tempat penampungan.

“Kami menghadapi beberapa tantangan, karena beberapa lokasi terisolasi dan hanya dapat diakses dengan perahu, sementara gempa susulan masih terjadi,” kata Agus.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa pertama terjadi pada hari Minggu, 14 Juli 2019 pukul 18.10 waktu setempat, diikuti oleh 70 gempa susulan yang besarnya berkisar antara 3,1 dan 5,8 SR sampai pukul 00.00 pada hari Senin, 15 Juli 2019.

Kepala Divisi Gempa BMKG Rahmat Triyono mengatakan, pusat gempa itu berada disekitar 63 kilometer sebelah timur Labuha di Halmahera Selatan pada kedalaman 10 km. Dia menambahkan bahwa tidak ada potensi tsunami yang terdeteksi.

“Gempa bumi disebabkan oleh pergeseran sesar Sorong-Bacan karena deformasi batuan […] gempa juga dilaporkan terasa di Manado, Ambon dan Ternate,” kata Rahmat.

Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Halmahera Selatan (BPBD), gempa itu dirasakan selama dua hingga lima detik di sebagian besar kabupaten, membuat masyarakat panik dan bergegas keluar dari rumah mereka.

Sementara itu, BMKG melaporkan gempa berkekuatan 6,6 di lepas pantai barat laut Australia pada hari Minggu, yang juga terasa di Kabupaten Sumbawa dan Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB), Waikabubak dan Waingapu di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada hari Minggu.

Episentrum gempa itu sekitar 10 km di bawah Samudera Hindia dan 203 km di barat resor pantai Australia Barat, Broome, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.

Belum ada laporan cedera atau kerusakan dari daerah yang terkena dampak gempa.

“Gempa bumi disebabkan oleh aktivitas di zona patahan rak bagian dalam, yang memanjang dari barat daya ke timur pantai Broome, Australia Barat,” informasi gempa BMKG dan kepala divisi peringatan dini tsunami Daryono mengatakan kepada The Jakarta Post.

Ilustrasi. (Foto: Sunyu Kim/Unsplash)

Cakap People! Sebelumnya pada hari Sabtu, gempa berkekuatan 5,5 melanda Sumbawa dan menghancurkan sejumlah rumah dan rumah ibadah di Kabupaten Labangka. Gempa itu terdeteksi 70 km tenggara Sumbawa pada kedalaman 43 km.

Di Kecamatan Labangka, gempa bumi merusak candi Semare Budhi di desa Beringin Jaya dan setidaknya lima rumah lainnya. Sebuah rumah di Kecamatan Sekokat dan kantor pusat kesehatan hewan Labangka (Puskeswan) di Sukadamai juga hancur, menurut Badan Mitigasi Bencana NTB.

Pada hari Minggu, BMKG telah mencatat setidaknya 45 gempa susulan di sekitar pusat gempa pertama, tetapi tidak ada potensi tsunami yang terdeteksi.

“Gempa bumi yang terjadi belakangan ini di beberapa daerah tidak saling berkaitan karena sumbernya yang berbeda,” tambah Daryono.

Source: The Jakarta Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kominfo Belum Mau Buru-Buru Hadirkan Jaringan 5G di Indonesia, Jadi Kapan Dong?

Tak Mau Ketinggalan? Smartfren Bakal Segera Uji Coba Jaringan 5G di Indonesia