CakapCakap – Cakap People, virus corona saat ini memang terus mengalami peningkatan signifikan dalam hal penyebarannya di tanah air. Terbukti dengan banyaknya pasien positif se-Indonesia setiap hari terus bertambah. Bahkan update terbaru pertanggal 11 April 2020 total mencapai 3.842 pasien dengan rincian sembuh 286 dan yang meninggal dunia sejumlah 327.
Dari kenyataan tersebut, tidak sedikit petugas medis yang gugur dalam tugas akibat tertular virus corona dari pasien. Namun mirisnya, saat ini di tanah air muncul penolakan-penolakan berlebihan yang seolah menghilangkan rasa kemanusiaan. Korban meninggal saat akan dimakamkan di pemakaman umum justru mendapatkan penolakan dari warga setempat.
Alasan yang mendasari penolakan ini tentu karena kurangnya ilmu dan provokasi yang dilakukan sebagian orang tidak bertanggung jawab. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa pasien COVID-19 yang meninggal bisa menularkannya kepada mereka. Ketakutan tidak berdasar inilah yang memunculkan penolakan warga.
Bahkan reaksi masyarakat yang demikian ini juga terjadi di beberapa wilayah tanah air. Bahkan terbaru adalah kasus penolakan pemakaman jenazah seorang perawat oleh warga setempat di Ungaran, Semarang yang begitu viral.
Sehingga memicu kebijakan dan perhatian dari para pemimpin daerah, seperti halnya Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah).
Jika Ridwan Kamil terus memberikan edukasi hingga terus mengawal prosesi pemakaman. Bahkan Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa virus corona juga mati seiring dengan meninggalnya orang yang terinfeksi. Menurut pemaparannya, virus tersebut mati 7 jam setelah penderita terinfeksi meninggal.
Ia pun mengunggah imbauan dan penjelasan dari Ustad Abdullah Gymnastiar terkait kewajiban umat Islam terhadap jenazah yang meninggal, termasuk menguburkan.
Di sisi lain, dari Gubernur Jawa Tengah pun mengeluarkan kebijakan sendiri terkait adanya penolakan jenazah perawat yang ditolak warga yang ada di kawasan yang dipimpinnya itu. Ganjar Pranowo justru telah berkoordinasi dengan kepala daerah di Jawa Tengah untuk memberikan pemakaman layak bagi tenaga medis yang menjadi korban virus corona di taman makam pahlawan di wilayah Jateng.
“Saya sudah perintahkan Dinsos dan Kesra untuk mempersiapkan ini. Satu, soal tempatnya; kedua, soal administrasinya, agar penempatan seseorang di taman makam pahlawan sesuai. Kalau satu-dua hari ini selesai proses itu, minggu depan sudah bisa dilaksanakan,” ujarnya, mengutip CNN Indonesia dari Antara.
Menurut orang nomor satu di Jawa Tengah itu, dokter, perawat, hingga tenaga medis adalah pejuang kemanusiaan yang sudah sepatutnya diberikan penghormatan.
“Dan mereka tahu, bahwa itu berisiko pada keselamatannya, kita harus memberikan penghormatan setinggi-tingginya. Saya kira, taman makam pahlawan adalah tempat yang sangat tepat untuk mereka,” katanya.
Ganjar Pranowo juga menyiapkan skenario kedua terkait penghormatan bagi tenaga medis yang gugur di wilayahnya, yakni berupa TMP baru bila yang ada sudah tidak mencukupi.
“Kalau ada area existing di taman makam pahlawan, maka bisa dipakai, tapi kalau sudah penuh, kita bisa membuat tempat khusus baru yang dikasih nama taman makam pahlawan khusus untuk mereka,” ujarnya.
Pasien meninggal COVID-19 itu tidak selayaknya mendapat penolakan pemakaman seperti itu. Pasalnya jenazah tersebut juga sudah dimandikan dan dimakamkan sesuai protokol kesehatan yang mana semua sudah sesuai prosedur dari WHO. Bahkan keluarga saja tidak diperkenankan ikut memakamkan kecuali petugas khusus.
Jadi, apakah mungkin jenazah menularkan virus corona setelah ia meninggal ke warga sekitar pemakaman? Tidakkah ada yang memikirkan betapa sedih dan terlukanya keluarga pasien corona dengan penolakan itu?