in ,

Gerhana Bulan Bawa Paus Sperma Terdampar di Bombana, Sulawesi Tenggara

Tepat pada Rabu 31 Januari 2018 lalu, wilayah Indonesia bagian timur merasakan fenomena alam gerhana bulan total yang dimulai pukul 18.46 WITA hingga 20.00 WITA. Pada keesokan harinya, sekitar pukul 09.00 WITA, seekor paus sperma tampak terdampar di Pantai tompobatu, Kelurahan Tompobatu, Kecamatan Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara.

ikan paus sperma di pulau Tidung via exploreseribu.com

Paus dengan ciri-ciri berwarna abu-abu gelap dan kehitaman tersebut ditemukan dengan kondisi tubuh yang masih lengkap, meskipun sudah mati. Bangkai paus tersebut kali pertama disaksikan oleh salah satu nelayan yang melaut di sekitar kawasan tersebut. Panjangnya mencapai 16 meter berdasarkan hasil pengukuran nelayan tersebut.

Paus ditemukan dalam keadaan mati dengan belasan luka goresan serta gigitan di badannya. Luka gigitan tersebut disinyalir berasal dari hewan laut yang berukuran besar. Di bagian sisinya, terdapat luka gores memanjang antara 10-30 cm.

paus Sperma terdampar di Bombana via regional.liputan6.com

Menunggu air laut surut, Kaseng pun memutuskan untuk memberitahu kepada warga lainnya. Hingga kemudian, bangkai paus tersebut menjadi ajang swafoto yang dimanfaatkan warga. Sementara itu, dari pihak BMKG kota Kendari mengungkapkan bahwa ada hubungan antara terjadinya gerhana total malam itu dengan terdamparnya paus sperma di pantai Tompobatu, misalnya saja karena secara otomatis pasang surut air laut pun berlangsung cukup signifikan.

bangkai paus sperma di Bombana via regional.liputan6.com

Sugianta, salah satu wakil dari Pihak World Wide Fund (WWF) Sulawesi Tenggara mengatakan bahwa gerhana bulan total memang bisa saja berpengaruh, tetapi alasan ini harus dikaji lebih lanjut. Menurut Sugianta, hewan mamalia tersebut dilengkapi dengan pendengaran yang peka, sehingga mungkin saja paus terdampar karena mendengar suara perahu nelayan yang melewati jalur sama dengan jalur koloni paus saat beimigrasi.

Bagi nelayan sekitar sendiri, tidak ada yang berani mengambil daging paus tersebut. Daging paus tetap utuh, dan hanya tampak luka goresan seperti saat kali pertama ditemukan. Pasalnya, terdapat sebuah mitos yang mengatakan bahwa melahap hewan terbesar di laut merupakan pantangan bagi para nelayan terutama bisa mendatangkan bahaya. Oleh sebab itu, tidak ada yang berani melanggar mitos yang sudah dipercaya sejak zaman leluhur tersebut.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Suku Bugis Pedalaman Obati Penyakit Ambeien dengan Ritual Tak Lazim, Mau Coba?

Jelang Pilkada Sulawesi Selatan, Sumur Peninggalan Dato Tiro Ramai Dikunjungi