CakapCakap – Cakap People! Air Canada diperintahkan membayar denda sebesat 21.000 dolar Kanada, atau sekitar Rp219 juta kepada sepasang penumpang berbahasa Prancis. Denda itu dijatuhkan oleh hakim pengadilan setelah maskapai tersebut hanya menggunakan bahasa Inggris.
BBC melaporkan, selain denda, Air Canada juga diharuskan untuk menulis surat permintaan maaf kepada keduanya karena melanggar hak linguistik mereka.
https://www.instagram.com/p/B1JvnF6AsIa/?igshid=v9fdd2h1dnj7
Pasangan ini mengajukan gugatan mengenai beberapa tanda pada penerbangan domestik yang mereka tumpangi hanya menggunakan bahasa Inggris, sangat sedikit bahasa Prancis.
Hakim memutuskan bahwa Air Canada telah melanggar undang-undang bilingualisme Kanada.
Sedangkan pihak Air Canada di pengadilan mengatakan pihaknya berharap dalam tempo enam bulan bisa mengganti tanda-tanda penerbangan sesuai yang diminta.
Pasangan yang mengajukan gugatan itu adalah Ontario Michel dan Lynda Thibodeau. Mereka mengajukan 22 gugatan terhadap Air Canada pada tahun 2016.
Pasangan itu mengatakan bahwa kata “lift” ditulis pada sabuk pengaman dalam bahasa Inggris, sementara terjemahan bahasa Prancis seperti kata “keluar” menggunakan karakter yang lebih kecil.
Mereka juga mengatakan pengumuman naik pesawat menggunakan bahasa Inggris secara penuh untuk penerbangan menuju Montreal daripada versi Prancis.
Air Canada belum menegakkan kewajiban lingustiknya,” kata Hakim St-Louis, merujuk pada konstitusi Kanada yang meminta adanya persamaan hak bahasa Inggris dan bahasa Prancis dalam kondisi tertentu. Kanada menggunakan dua bahasa resmi, yakni Inggris dan Prancis.
Dalam putusannya, hakim pengadilan Ottawa setuju bahwa Air Canada “tidak menegakkan kewajiban linguistiknya”.
Air Canada tunduk pada Undang-Undang Bahasa Resmi negara itu, yang berupaya memastikan bahwa bahasa Inggris dan Prancis diberi status yang sama.
https://www.instagram.com/p/Bq58NQvhXwe/?igshid=1wpl5va995lc1
Maskapai Air Canada berpendapat bahwa pasangan itu menafsirkan tindakan itu terlalu ketat, menurut dokumen pengadilan.
Dalam sebuah wawancara dengan CBC Broadcasting Kanada, Thibodeau mengaku puas dengan keputusan tersebut. Ia juga berharap bahwa penggunaan tanda-tanda pada penerbangan Air Canada membaik di masa depan dengan menggunakan dua bahasa resmi.
Ini bukan pertama kalinya pasangan itu menggugat Air Canada melanggar hak linguistik mereka. Pada tahun 2014, Mahkamah Agung memutuskan bahwa mereka tidak dapat menuntut Air Canada karena pesanan minuman yang salah pada penerbangan internasional dan harus menerima permintaan maaf, demikian Toronto Sun melaporkan.