in ,

Ganja Medis Ditemukan Tidak Efektif Sembuhkan Penyakit Mental, Hasil Studi Ilmiah Menjelaskan!

Dokter harus meresepkannya dengan sangat hati-hati

CakapCakapCakap People! Sebuah studi ilmiah mengungkapkan bahwa ganja medis tidak efektif untuk menyembuhkan penyakit mental seperti kecemasan, depresi dan psikosis. Dokter harus meresepkannya dengan sangat hati-hati, demikian menurut para peneliti, Senin, 28 Oktober 2019.

Reuters melaporkan, Selasa, 29 Oktober 2019, para peneliti dalam ulasan studi ilmiah tersebut menemukan kurangnya bukti efektivitas dampak kanabinoid, kandungan aktif dalam ganja, terhadap enam gangguan kesehatan mental.

Dalam file ini foto diambil pada 12 Oktober 2018. Karyawan Lisa Duong memindahkan penanaman tanaman ganja di pabrik ganja Up di Lincoln, Ontario. (AFP / Lars Hagberg)

Temuan dalam studi ini memiliki implikasi penting bagi negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Kanada, di mana ganja medis tersedia untuk pasien dengan penyakit tertentu, kata Louisa Degenhardt, seorang ahli narkoba dan alkohol di Universitas New South Wales Australia di Sydney.

“Tidak adanya bukti berkualitas tinggi untuk menilai dengan tepat efektivitas dan keamanan kanabinoid obat,” kata dia dalam jurnal The Lancet Psychiatry. Lebih lanjut ia dijelaskannya bahwa pedoman klinis tidak dapat disusun selama penggunaanya dalam gangguan mental sampai bukti dari uji coba terkontrol secara acak tersedia.

Meskipun kurang bukti secara klinis, sejumlah anekdot menyatakan bahwa kanabis bermanfaat dalam mengurangi gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, dan kecemasan bagi sejumlah veteran perang.

Kondisi lain ganja digunakan untuk mengatasi mual, epilepsi, dan cedera otak traumatis. Namun, penelitian ini tidak meneliti dampaknya terhadap mereka.

Kannabinoid medis adalah termasuk kanabis obat dan cannabinoid farmasi, serta turunan sintetiknya, THC, atau delta-9-tetrahydrocannabinol — bahan psikoaktif utama ganja — dan cannabidiol, atau CBD.

“Kannabinoid sering dianjurkan sebagai pengobatan untuk berbagai kondisi kesehatan mental,” kata Degenhardt. “(Tapi) dokter dan konsumen perlu mewaspadai rendahnya kualitas dan kuantitas bukti dan potensi risiko efek samping.”

Foto: Pixabay

Tim Degenhardt juga berusaha melihat semua bukti yang tersedia untuk segala jenis kanabinoid medis. Termasuk semua desain penelitian dan menyelidiki dampak remisi dari gejala depresi, kecemasan, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), sindrom Tourette, PTSD, dan psikosis.

Mereka menganalisis 83 studi yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan yang mencakup sekitar 3.000 orang antara 1980 dan 2018.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa THC farmasi — baik dengan atau tanpa CBD — membuat psikosis lebih buruk, dan tidak secara signifikan mempengaruhi hasil primer lainnya untuk penyakit mental yang dianalisis.

Hal itu juga meningkatkan jumlah orang yang melaporkan efek samping, dan jumlah yang memutuskan untuk menarik  diri dari penelitian karena efek samping.

Tom Freeman, seorang ahli Kecanduan dan Kesehatan Mental di Universitas Bath Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan temuan itu menyoroti kebutuhan mendesak akan uji coba kualitas tinggi ganja medis untuk memperkuat bukti — terutama mengingat apa yang dikatakannya “permintaan signifikan” dari pasien.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Partisipasi JH KIM Taekwondo di Event Dispora Mall Ratu Indah

spongebob squarepants netflix

Pria Ini Inginkan Spongebob Squarepants Ditayangkan di Netflix