CakapCakap – Cakap People! Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2021 berlangsung mulai 18 Juni hingga 27 Juni 2021. Di tengah pandemi COVID-19, event tahunan yang memasuki tahun keenam ini digelar dalam bentuk virtual untuk pertama kalinya oleh Kedutaan Besar Australia di Indonesia.
FSAI menampilkan deretan film terbaik dari Australia dan Indonesia untuk seluruh penonton di Tanah Air secara gratis.
Salah satu film dokumenter Australia yang hadir di FSAI adalah ‘Jaimen Hudson: From Sky to Sea‘.
Film ini menyoroti tentang kegigihan dan ketekunan seorang Jaimen Hudson dalam perjalanannya ketika melakukan proses sinematografi di bawah air untuk menangkap gambar dan video Paus dan Lumba-lumba di udara di lautan Austalia.
Dalam sesi wawancara virtual dengan Kedutaan Besar Ausralia di Jakarta, Selasa, 22 Juni 2021, Jaimen mengungkapkan tantangan saat proses pembuatan film tersebut di tengah pandemi COVID-19.
“Kami ingin shooting di South Australia, tetapi terhambat penutupan perbatasan akibat pembatasan COVID, sehingga shooting dialihkan ke North Australia”, katanya kepada para jurnalis yang hadir.
Di North Australia tersebut, Jaimen berhasil menangkap gambar dan video Paus dan Lumba-lumba yang menakjubkan.
Dalam kesempatan itu juga, Jaimen mengungkapkan kelegaannya saat pemerintah Australia sigap dalam penanganan COVID, sehingga proses pembuatan film tersebut berhasil diselesaikan dengan cepat, termasuk saat peluncuran, ia mengaku tak mengalami banyak hambatan.
Jaimen mengaku sangat senang dengan hasil akhir film tersebut hingga tayang di sinema. Proses rilis film itu berjalan dengan lancar meski mengalami penundaan peluncuran saat itu.
“Kami ingin rilis filmya di bioskop, tetapi karena saat itu bisokop-bioskop ditutup karena lockdown, jadi peluncuran filmnya harus ditunda,” ungkapnya.
Film dokumenter ‘Jaimen Hudson: From Sky to Sea‘ yang disutradarai oleh Leighton & Jodie De Barros ini diangkat berdasarkan kisah hidup Jaimen mewujudkan impian masa kecilnya untuk syuting di bawah air.
Tentang ‘Jaimen Hudson: From Sky to Sea’
“‘Jaimen Hudson: From Sky to Sea‘ adalah film dokumenter berdasarkan kisah hidup saya. Ini menyentuh masa kecil saya yang luar biasa dan hari-hari yang dihabiskan keluarga kami di air sementara orang tua saya mengajari orang cara menyelam. Ini adalah kenangan yang membentuk saya menjadi pecinta laut seperti sekarang ini. Mimpi yang saya miliki untuk hidup saya bekerja di lautan berubah secara tragis pada usia 17 tahun ketika kecelakaan sepeda motor trail membuat saya lumpuh. Saya tidak bisa menggaruk gatal di wajah saya selama beberapa minggu, saya sangat tidak yakin tentang di mana hidup saya akan berakhir …”, ungkap Jaimen di website-nya.
Memulai tantangan terbesar dalam hidupnya, Jaimen Hudson memulai pencariannya untuk menjadi sinematografer bawah air pertama di dunia dengan quadriplegia. Berjuang melawan kendala sebagai penyandang disabilitas dan kekhawatiran orang-orang di sekitarnya, Jaimen berusaha membuktikan kepada dirinya sendiri dan dunia bahwa tidak ada yang akan menghalanginya mencapai mimpinya.
Foto-foto dan video-video Jaimen yang spektakuler telah dijangkau oleh ratusan juta orang secara online.
“Terkadang dalam hidup, Anda memang mengalami kemunduran yang serius, tetapi pada dasarnya jangan membuat kemunduran itu mendefinisikan Anda, tetapi biarkan kemunduran itu membantu Anda menjadi lebih kuat,” pesan Jaimen Hudson untuk penonton di Indonesia saat sesi wawancara bersama jurnalis Indonesia dengan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada Selasa, 22 Juni 2021.