Fakta Menyembuhkan Gatal dengan Kekuatan Peci Bugis

Menyimpan berbagai cerita unik dimasanya, masyarakat Bugis mempercayai nilai-nilai luhur dari Peci. Peci Hitam yang merupakan salah satu identitas Bangsa Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai penutup kepala ketika kaum laki-laki shalat, tapi juga sebagai tanda penghormatan pada acara resmi. Dalam sejarah, Peci Hitam dikenalkan oleh Presiden Soekarno, dan hingga sekarang Peci Hitam menjadi trendcenter di seluruh penjuru Dunia.

Secara khusus, masyarakat bugis memiliki penghargaan lebih terhadap Peci Hitam ini. Peci Hitam dianggap memiliki kesaktian bagi orang-orang Makassar. Bagaimana ulasan lengkapnya?

Masyarakat luas sudah sangat mengenal bahwa Peci atau Songkok memiliki kedekatan dengan Suku Bugis. Tetapi dibalik kedekatan ini, ada kepercayaan khusus bahwa Peci Hitam memiliki kekuatan untuk menyembuhkan gatal-gatal yang disebabkan oleh makhluk halus. Percaya atau tidak percaya, masyarakat di lingkungan Suku Bugis sampai sekarang menggunakan Peci Hitam sebagai salah satu sarana pengobatan penyakit tersebut. Cara untuk menyembuhkannya adalah cukup dengan mengusapkan peci hitam tersebut ke area tubuh yang gatal. Setelah itu, gatal akan berangsur menghilang, bahkan langsung sembuh. Kepercayaan ini turun temurun ditularkan oleh masyarakat Bugis dari masa ke masa.

Dibalik gatal yang muncul, ternyata ada kekuatan mistis yang menyebabkannya. Orang bugis mempercayai fakta bahwa gatal dan bercak merah yang muncul tiba-tiba di badan mereka, maka salah satu cara untuk menyembuhkannya adalah dengan menggosokkan peci bugis tadi. Masyarakat menyebut penyakit ini sebagai Sumiminkang/Sumiminkan. 

Nalar lain yang juga perlu kita ketahui adalah kekuatan Peci Hitam Bugis untuk menyembuhkan penyakit gatal aneh, akan lebih mujarab jika yang dipakai adalah Peci Hitam yang sering dipakai untuk Shalat. Masyarakat luas jaman sekarang akan meyakini bahwa Peci Hitam ini hanyalah sarana untuk menyembuhkan penyakit gatal aneh, tetapi dengan doa-doa memohon kesembuhan dari Sang Pencipta.

Kepercayaan ini hingga sekarang masih melekat di Masyarakat asli Bugis. Beberapa pihak menyebutkan bahwa cara penyembuhan ini masih digunakan oleh masyarakat pedesaan di Sulawesi Selatan.