CakapCakap – Cakap People! Facebook mengatakan pada hari Selasa, 11 Agustus 2020, bahwa pada kuartal kedua, mereka telah menghapus 7 juta postingan yang berbagi informasi palsu tentang virus corona baru, termasuk konten yang mempromosikan tindakan pencegahan palsu dan pengobatan yang berlebihan.
Melansir The New York Post, Rabu, 12 Agustus 2020, Facebook merilis data tersebut sebagai bagian dari Laporan Penegakan Standar Komunitas keenam, yang diperkenalkan pada 2018 bersama dengan aturan kesopanan yang lebih ketat sebagai respon atas reaksi karena pendekatannya yang lemah dalam mengawasi konten di platformnya.
Pihak Facebook mengatakan akan mengundang ahli eksternal untuk secara independen mengaudit metrik yang digunakan dalam laporan tersebut, mulai 2021.
Perusahaan media sosial terbesar di dunia ini menghapus sekitar 22,5 juta postingan yang berisi ujaran kebencian di aplikasi andalannya pada kuartal kedua, naik dari 9,6 juta pada kuartal pertama. Termasuk juga menghapus 8,7 juta posting yang terkait dengan organisasi ekstremis, dibandingkan dengan 6,3 juta pada periode sebelumnya.
Facebook mengatakan pihaknya lebih mengandalkan teknologi otomasi untuk meninjau konten selama bulan April, Mei dan Juni lantaran jumlah petugas atau reviewers berkurang di kantornya karena pandemi COVID-19.
Hal itu mengakibatkan perusahaan mengambil tindakan pada lebih sedikit konten yang terkait dengan bunuh diri dan melukai diri sendiri, child nudity dan eksploitasi seksual di platformnya, kata Facebook dalam sebuah posting blog.
Perusahaan tersebut mengatakan sedang memperluas kebijakan ujaran kebencian dengan menyertakan “konten yang menggambarkan wajah hitam, atau stereotip tentang orang Yahudi yang mengendalikan dunia”.
Beberapa politisi dan tokoh masyarakat AS telah menyebabkan kontroversi dengan mengenakan wajah hitam, sebuah praktik yang dilakukan oleh penyanyi abad ke-19 yang menunjukkan karikatur budak. Praktik itu telah lama digunakan untuk merendahkan orang Afrika-Amerika.
Kampanye boikot iklan di Facebook
Pada Juni 2020 lalu, Facebook menghadapi kampanye boikot iklan bertajuk “Stop Hate for Profit” di platform mereka yang tmemperoleh dukungan dari banyak perusahaan besar. Pihak penyelenggara kampanye mengambil langkah-langkah pertempuran global demi meningkatkan tekanan pada perusahaan media sosial itu untuk menghapus pidato kebencian.
Menanggapi tuntutan untuk tindakan lebih lanjut, Facebook pada hari Minggu, 28 Juni 2020, mengakui bahwa ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli untuk mengembangkan lebih banyak alat untuk melawan ucapan kebencian.
Facebook mengatakan, investasi dalam kecerdasan buatan telah memungkinkannya untuk menemukan 90% dari pidato kebencian sebelum pengguna melaporkannya.