in ,

Epidemiolog: Indonesia Tidak Boleh Buru-buru Vaksinasi COVID-19 Sebelum Terbukti Manjur dan Aman

“Pemerintah tidak boleh terburu-buru karena menurut saya saat ini kita tidak sedang dalam keadaan darurat,” ujarnya.

CakapCakapCakap People! Pemerintah Indonesia tidak boleh terburu-buru mengesahkan penggunaan vaksin melawan virus corona sampai ada vaksin yang terbukti kemanjuran dan keamanannya, kata seorang ahli epidemiologi.

Tak satu pun dari semua kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia telah melewati seluruh tahapan uji klinis saat ini, termasuk dari China, Inggris, dan Amerika Serikat.

Menurut Pandu Riono, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, pemerintah harus menghindari retorika bahwa sudah ada vaksin yang berfungsi untuk masyarakat Indonesia.

“Semua vaksin yang tersedia sedang diuji dan belum ada yang lolos uji klinis secara keseluruhan,” kata Pandu dalam wawancara baru-baru ini, melansir Jakarta Globe.

Ilustrasi. [Foto: Reuters]

Indonesia adalah salah satu dari setidaknya lima negara yang saat ini melakukan uji klinis fase tiga dari vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China. Diperlukan setidaknya hingga Januari tahun depan untuk menyelesaikan studi imunogenisitas dan penilaian kemungkinan efek samping pada lebih dari 1.600 sukarelawan yang telah menerima vaksin percobaan.

Indonesia juga berencana untuk mengakuisisi vaksin Sinopharm dan CanSino dari negara yang sama, serta vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi multinasional Inggris AstraZeneca.

Namun Pandu mengatakan tampaknya pemerintah akan menekan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mempercepat penggunaan vaksin darurat tersebut.

“Ini langkah yang sangat berbahaya karena belum ada kesepakatan ilmiah tentang vaksin mana yang terbaik bagi masyarakat dalam hal keamanan dan kemanjuran,” imbuhnya.

Dia mengatakan semua kandidat vaksin harus menyelesaikan uji klinis fase tiga dan hasilnya harus ditinjau oleh ilmuwan internasional dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum dapat disetujui untuk penggunaan skala besar.

“Pemerintah tidak boleh terburu-buru karena menurut saya saat ini kita tidak sedang dalam keadaan darurat,” ujarnya.

Kasus COVID-19 Masih Meningkat

Indonesia telah mencatat total 381.910 kasus virus corona termasuk 13.077 kematian sejak dimulainya pandemi, menurut data Kementerian Kesehatan terbaru yang dirilis pada hari Jumat, 23 Oktober.

Negara ini belum mencapai puncaknya, dengan mencatat rata-rata 4.126 kasus per hari sampai saat ini. Jumlah kasus aktif mencapai 63.733 atau 16,7 persen dari keseluruhan kasus COVID-19.

Lebih dari separuh infeksi COVID-19 telah terjadi di pulau paling padat di Jawa.

Ilustrasi virus corona. [Foto: CNN]

Jakarta menanggung beban terbesar dari wabah tersebut, dengan total 99.158 kasus COVID-19, termasuk 2.126 kematian per Jumat. Ini menjadi satu-satunya provinsi yang rata-rata mencatat lebih dari 1.000 kasus per hari sejak bulan September lalu.

Jawa Timur berada di urutan berikutnya dengan 50.364 kasus, tetapi memimpin dengan jumlah kematian nasional dengan total 3.631 kematian COVID-19. Namun, peningkatan kasus melambat di provinsi tersebut, yang juga memiliki rasio kasus aktif terhadap kasus yang dilaporkan terkecil.

Di sisi lain, Jawa Barat dan Jawa Tengah telah mengalami peningkatan kasus baru COVID-19 sejak awal September.

Jawa Barat menduduki peringkat ketiga dengan total 33.147 kasus COVID-19per Jumat, 23 Oktober, meningkat hampir 200 persen dalam waktu kurang dari dua bulan. Pada 31 Agustus, Jawa Barat melaporkan total 11.063 kasus.

Dalam kurun waktu yang sama, jumlah kasus di Jawa Tengah meningkat lebih dari dua kali lipat sehingga mencapai total 31.302 kasus per Jumat. Jawa Tengah memiliki jumlah korban tewas terbesar ketiga di Indonesia, dengan total 1.645 kematian.

Infeksi baru COVID-19 cenderung menurun di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sumatera Utara, tetapi virus ini menyebar lebih cepat di Kalimantan Timur, Riau dan Sumatera Barat. Keseimbangan semacam ini membuat penghitungan nasional terus meningkat karena sepuluh provinsi yang terkena dampak terburuk menyumbang 77 persen kasus secara nasional.

Upaya untuk menahan penyebaran virus sangat bergantung pada provinsi-provinsi tersebut, terutama empat besar di Jawa.

Selain itu, Aceh dan Banten telah melaporkan rata-rata harian yang lebih tinggi sejak awal bulan Oktober.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ingin Aman Menginap di Hotel Selama Pandemi? Begini Tips yang Bisa Kamu Lakukan!

Dokter: Jangan Lama-lama BAB di Toilet Duduk, Ini Bahayanya!