CakapCakap – Cakap People! Enam orang yang menderita COVID-19 telah meninggal di Korea Selatan bulan ini ketika menunggu tempat tidur rumah sakit dan ratusan lainnya tidak dapat dirawat karena lonjakan infeksi virus corona membebani sistem kesehatan. Demikian diungkapkan para pejabat dan media pada hari Jumat, 18 Desember 2020.
Korea Selatan melaporkan 1.062 kasus baru COVID-19 pada hari Jumat. Ini merupakan kasus harian tertinggi kedua yang pernah ada.
Reuters melaporkan, data dari Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menunjukkan, jumlah kasus harian berada di atas 1.000 dalam tiga hari berturut-turut untuk pertama kalinya.
Maraknya kasus baru telah mengguncang Korea Selatan yang selama berbulan-bulan telah dianggap sebagai kisah sukses mitigasi. Tetapi meskipun penghitungan totalnya meningkat menjadi 47.515 infeksi, dan hanya mencatat sekitar 650 kematian.
Salah satu dari mereka yang meninggal saat menunggu ranjang rumah sakit berada di rumah di ibu kota, Seoul, setelah dinyatakan positif pada hari Sabtu, 12 Desember, sementara tiga lainnya berada di panti jompo di provinsi Gyeonggi.
Kantor berita Yonhap melaporkan dua kematian serupa lainnya pada bulan Desember tetapi tidak memberikan rincian segera.
“Kami menyampaikan belasungkawa terdalam dan merasa sangat bertanggung jawab,” kata Park Yoo-mi, seorang petugas karantina untuk pemerintah Seoul dalam sebuah briefing.
“Tim tanggap di tempat di wilayah metropolitan Seoul telah mengalami kesulitan dalam mengalokasikan tempat tidur karena peningkatan tajam dalam kasus yang dikonfirmasi dan kelebihan beban dalam sistem administrasi dan medis sejak awal Desember.”
Park berjanji untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat dan mengatakan 580 pasien sedang menunggu tempat tidur di Seoul pada hari Jumat, 227 di antaranya telah menunggu setidaknya dua hari.
Lonjakan kasus-kasus serius yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membebani sistem kesehatan, dengan hanya sejumlah tempat tidur perawatan kritis yang tersedia, pejabat kesehatan memperingatkan.
Sementara itu, pemerintah sedang memikirkan apakah akan memperketat jarak sosial, yang berarti memerintahkan 1,2 juta bisnis untuk menghentikan operasi.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan bahwa mengingat beban bisnis, “konsensus sosial” diperlukan untuk sebuah keputusan.
Dia juga mengatakan setiap orang harus bermain dengan aturan pembatasan virus.
“Ada upaya yang meningkat untuk melanjutkan operasi bisnis dengan cara yang tidak benar dengan mengubah jenis bisnis mereka untuk menghindari upaya anti-virus pemerintah. Itu tidak pernah bisa diterima,” kata Chung dalam pertemuan pemerintah.
Chung tidak memberikan rincian apapun tetapi media telah melaporkan beberapa bar mencoba untuk melanggar larangan tersebut dengan menyamar sebagai restoran.