in

Enam Langkah Mengubah Kemalangan Menjadi Keberuntungan

Kehidupan sempurna dan selalu menyenangkan hanya ada di sinetron, bro. Jangan sampai kamu terlena televisi, menganggap kalau kenyamanan hidup yang tersaji setiap harinya itulah yang benar-benar terjadi dan benar-benar ada. Kalau itu yang terjadi, setiap harinya kamu pasti akan jengkel dan kurang mensyukuri keadaan kamu. Perlu kamu tahu, gaes, apapun latar belakang sosial ekonomi kita, akan ada satu masa dimana kita menjalani situasi yang benar-benar tidak nyaman dan menantang nyali kita atas kehidupan. Singkat kata, situasi penuh kemalangan yang tetap bertahan hingga kamu berpikir, “Bagaimana cara mengubah segala kemalangan ini menjadi keberuntungan?”

Hanya sedikit manusia yang punya karakter tahan banting seperti ini. Itu yang menjelaskan mengapa hanya ada sedikit orang sukses dan puas dengan kehidupannya di dunia ini. Padahal, ada kalanya langkah menuju sukses tinggal sedikit saja. Berhubung yang bersangkutan tidak sabar, gagal lah kebahagiaan itu diraih karena berhenti di tengah jalan. Agar kamu tidak terhindar dari menyerah di tengah jalan, perlu kamu sadari kalau sebenarnya hanya ada 6 (enam) langkah untuk mengubah kemalangan menjadi keberuntungan. Keenam tahapan itu berlaku untuk manusia, perusahaan, keluarga dan bahkan komunitas sosial.

Tahap pertama: Kamu ada di zona nyaman

Ini tahapan paling mendasar, gaes. Sebelum badai datang, pasti suasana tenang dan damai yang kamu rasakan. Kamu merasa sudah berada di posisi yang benar di dunia ini. Tak hanya itu, kamu rela sistem, lingkungan, dan tata nilai sosial mendikte kamu akan pikiran, ucapan dan tindakan yang dianggap benar dan membuat kamu sebagai ‘anak baik-baik’ yang tidak bakalan memberontak entah pada rekan kerja, teman sekolah, keluarga atau bahkan dirimu sendiri. Bagi mereka yang radikal, berada di zona nyaman memang melenakan. Tapi, itu artinya kamu sudah ‘mati’ karena segala sesuatu yang kamu lakukan hanya berdasarkan kebiasaan, tradisi dan tata nilai yang ditentukan oleh orang lain.

isigood.com

Tahap kedua: Kelahiran gangguan

Ketika kamu merasakan adanya gangguan, maka kamu akan mempertanyakan segala sesuatu yang berlangsung. Begitu apa yang telah akrab dan terbangun di batin dan indera kita terganggu, maka kita takkan bisa mengandalkan dan menganggap benar realitas yang selama ini mengitari kita dan turut kita bangun. Sebenarnya pada saat muncul gangguan ini kamu bisa mencium keberadaan peluang. Tapi, tidak semua orang sanggup menghadapi derajat gangguan yang sama. Tak mengherankan jika kebanyakan terlihat panik dan takut, sementara beberapa di antaranya berupaya mencari bantuan eksternal. Kebanyakan beralih ke agama, filsafat atau pandangan spiritualitas yang benar-benar baru dan ekstrim di mata orang awam.

Tahap ketiga: Kamu berada di tengah kekacauan

Tak lama setelah gangguan muncul, terjadilah kekacauan dimana di saat yang sama kamu tengah berupaya memahami realitas (yang menyakitkan itu). Benteng pertahanan kamu bakal goyah begitu menyadari bahwa orang yang seharusnya menjaga kamu dan merawat kamu justru tidak amanah serta menikam dari belakang dengan gergaji, bukan pisau. Tidak mengherankan jika pada kondisi semacam ini kamu mempertanyakan nilai moral yang dianut masyarakat dan akan tiba pada satu pemikiran bahwa mengikuti tata nilai kebanyakan hanya berbuah pada kehancuran. Kalau kamu tidak kuat menghadapi ini, gaes, maka yang kamu jalani setiap hari hanyalah denial. Ingat, ya, denial itu tidak bagus, bro. Jangan biarkan dirimu menipu dirimu sendiri. Memang, denial seringkali nyaman dan melenakan. Tapi, kamu tidak akan bisa merasa benar-benar nyaman di tengah-tengah denial. Kebenaran akan terkuak, baik padamu atau pada masyarakat.

Tahap keempat: Kemunculan katalis

Ada kalanya selama proses transformasi berlangsung kamu mendapatkan pencerahan; suatu ide atau cara pandang baru nan segar yang membantu kamu melompat (bukan sekedar berjalan) menuju ‘the new you’. Nah, pencerahan inilah yang merupakan katalis tranfsormasi kamu. Jangan pernah merasa gundah gulana meski tidak ada yang membantu kamu atau menyadari bahwa kamu benar-benar dituntut untuk menjadi lone survivor ketika tidak ada satupun teman atau anggota keluarga yang menghendaki kamu menjadi sosok yang lebih baik. Ingat, bro, tidak ada satupun seorang Nabi yang disukai oleh kaum dan anggota keluarganya! Be courageous!

Tahap kelima: Kamu mengarah pada sesuatu yang baru

Setelah memiliki perspektif baru, maka kamu siap untuk mengarah pada realitas baru sehingga kamu terdorong untuk bereksperimen dengan identitas (baru) kamu dan posisi kamu di dunia ini. Nah, pada tahapan ini kemungkinan besar kamu akan tergerak untuk mendalami keterampilan baru (kamu mungkin baru menyadari kalau kamu sebenarnya berbakat di bidang ini). Tak mengherankan jika pada akhirnya kamu menjalani profesi yang benar-benar baru yang sanggup menembus batasan zona nyaman kamu sebelum ‘kemalangan’ itu terjadi.

Tahap keenam: Kamu nyaman dengan perubahan itu sendiri

Begitu kamu telah akrab dengan identitas dan realitas yang baru, maka kamu akan sampai pada satu titik dimana segala sesuatu telah berubah dan kamu merasa itu oke-oke saja. So, meski kamu tetap mempertahankan core value kamu, proses pembaruan ini melibatkan pemahaman, sikap, keyakinan, dan identitas baru. Apa yang terjadi di masa lalu tidak lagi membuatmu risau, gusar dan gerah karena kamu telah menerimanya dan memiliki cara pandang baru terhadap dunia dan pemahaman atas diri sendiri yang lebih positif. Pintu keberuntungan kamu telah terbuka, gaes.

Ada kalanya dalam hidup kamu harus menutup satu pintu, karena hanya dengan itulah ribuan pintu bakal terbuka untuk kamu. Kamu terlahir untuk berarti, bro! Keep moving, gaes!****

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Uniknya Gorengan dari Berbagai Negara Ini Bikin Kamu Ngiler

Begini Cara Paling Hemat Menikmati Istanbul