in ,

Dunia Berusaha Temukan Vaksin Corona, Kelompok Anti-vaksin Gencar Sebar Ketakutan Vaksin Beracun

Anti-vaxxers gencarkan aksi di media sosial

CakapCakap – Cakap People, virus corona sampai saat ini masih belum ditemukan vaksinnya. Bahkan sampai saat ini semua negara di dunia tengah berupaya menemukan vaksin untuk Covid-19 ini untuk menghentikan pandemi. Namun, bagaimana dengan kelompok anti-vaksin atau anti-vaxxers?

Kelompok kecil ini ternyata tengah gencar dengan aksinya di media sosial dengan terus mengumandangkan gagasan mereka di tengah pandemi corona. Mereka menyatakan sebuah chip akan disisipkan dalam vaksin dan membuat penerimanya sakit.

Ilustrasi vaksin via kompas.com

Teori tersebut muncul saat vaksin Covid-19 belum tersedia hingga kini dan para ilmuwan sedang melipatgandakan upaya untuk bisa menemukannya. Anti-vaxxers adalah sekelompok kecil orang yang tidak percaya pada vaksinasi.

Kelompok anti-virus ini telah mengambil keuntungan dari pandemi untuk melipatgandakan gerakannya di media sosial. Salah satu bentuk gerakan yang mereka lakukan tampak dari video “Plandemic” yang menyebut krisis Covid-19 buatan pemerintah. Bahkan video hasutan itu telah ditonton jutaan kali di YouTube dan platform streaming lain.

Melansir AFP, anti-vaxxers menyebut zat dengan nama yang terdengar menakutkan, yakni fenoksietanol, kalium klorida ditemukan dalam vaksin. Kelompok ini menyebut zat tersebut berupa racun. Bahkan tayangan tersebut juga sudah di-share sampai ribuan kali di facebook sedari April 2020 akhir.

Peneliti psikologi sosial di Universitas Rennes, Sylvain Delouvee, menyebut retorika anti-vax bukan hal baru. Saat ini, mereka telah mendapatkan sorotan yang sangat besar selama pandemi.

Selain anti-vaxxers, ternyata ada anti-masker dan anti-karantina. Sylvain Delouvee menyebut bahwa di Amerika Serikat, ketiga gerakan itu telah berkumpul bersama dengan alasan menjaga kebebasan individu. Meski begitu, tetap banyak pergerakan mereka secara online.

Ilustrasi vaksin via okezone.com

Pasalnya, media sosial menjadi ruang promosi efisien untuk anti-vaxxers. Terlepas dari klaim sejumlah platform yang akan membatasi konten anti-virus viral, berita palsu tetap saja berkembang.

Melansir South China Morning Post, peneliti Universitas Maryland, Amelia Jamison, menyebut perhatian yang diberikan kepada Covid-19 telah memungkinkan anti-vaxxers untuk melipat gandakan narasi yang ada menjadi berita.

“Ada grup kecil tapi sangat vokal seperti ini di internet. Ini baru saja memberi energi kembali pada mereka,” kata Jamison.

Wellcome Global Monitor juga menyatakan sekitar 80 persen responden sangat setuju bahwa vaksin aman, 7% orang ragu atau sangat tidak setuju, sedangkan 11 persen tak punya pendapat.

Menanggapi perihal kelompok anti-vaksin atau yang ragu akan vaksin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai salah satu dari 10 ancaman terhadap kesehatan global pada 2019 lalu lho, Cakap People!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ternyata Ini Ciri-ciri Jajanan Anak yang Tak Sehat, Cek yuk!

Punya Hubungan Asmara yang Tertutup, 3 Artis Ini Mengagetkan Publik dengan Pernikahan Mendadak!