CakapCakap – Cakap People! Pada Agustus 2020 lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia adalah negara pertama di dunia yang berhasil menyetujui vaksin COVID-19 Sputnik V yang dikembangkan oleh negaranya untuk digunakan usai dua bulan melakukan uji klinis pada manusia, bahkan sebelum vaksin itu menyelesaikan uji keamanan, hal itulah yang ketika itu memicu skeptisisme di seluruh dunia.
Tetapi sekarang, Putin mungkin menuai keuntungan diplomatik karena Rusia menerima terobosan ilmiah terbesarnya sejak era Soviet.
The Straits Times melaporkan, negara-negara sedang mengantre untuk mendapatkan pasokan Sputnik V setelah hasil tinjauan rekan sejawat yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pekan lalu menunjukkan vaksin Rusia itu hampir 92 persen efektif melindungi dari virus mematikan tersebut.
Setidaknya 19 negara telah menyetujui inokulasi dengan menggunakan Sputnik V, termasuk negara anggota Uni Eropa, Hongaria, sementara pasar utama seperti Brasil dan India hampir mengizinkannya.
Sekarang Rusia mengarahkan pandangannya pada pasar Uni Eropa karena blok itu tengah berjuang dengan program vaksinasi di tengah kekurangan pasokan.
Berbeda dengan vaksin Pfizer / BioNTech, vaksin Sputnik V dapat disimpan di lemari es daripada di freezer, sehingga lebih mudah untuk diangkut dan didistribusikan di negara-negara yang lebih miskin dan beriklim lebih panas.
Dengan harga sekitar US$ 20 (Rp 280.000) untuk vaksinasi dua kali, ini juga lebih murah daripada kebanyakan vaksin alternatif Barat. Meskipun lebih mahal daripada AstraZeneca, inokulasi Rusia telah menunjukkan kemanjuran yang lebih tinggi daripada vaksin Inggris.
Vaksin yang dinamai Sputnik V tersebut diilhami dari satelit buatan pertama di dunia, Sputnik I, yang diluncurkan pada 1957. Satelit itu memberi Uni Soviet kemenangan yang menakjubkan melawan AS untuk memulai perlombaan luar angkasa.
Hasil dari uji coba tahap akhir terhadap 20.000 peserta yang ditinjau di The Lancet menunjukkan bahwa vaksin Sputnik V memiliki tingkat keberhasilan 91,6 persen.
“Ini adalah momen yang menentukan bagi kami,” kata Kirill Dmitriev, CEO Russian Direct Investment Fund (RDIF) yang dikelola negara, yang mendukung pengembangan Sputnik V dan bertanggung jawab atas peluncuran internasionalnya, dalam sebuah wawancara.
Rusia telah memiliki total lebih dari 3,98 juta kasus infeksi, setelah menambahkan sebanyak 15.916 kasus baru pada Senin, 8 Februari 2021. Angka kematian akibat COVID-19 di negara itu bertambah 407 orang hari ini, sehingga total 77.068 orang meninggal usai terjangkit virus tersebut.
Kasus COVID-19 aktif di Rusia saat ini mencapai 434.038.
Virus corona yang menjadi penyebab COVID-19 ini sudah menginfeksi lebih dari 106,75 juta orang di seluruh dunia, termasuk telah menewaskan lebih dari 2,32 juta orang sejauh ini.