in ,

Duh, Kasus Siswa Bunuh Diri di China Melonjak Pasca Lockdown!

Di satu distrik Shanghai, telah terjadi 14 kasus bunuh diri oleh siswa sekolah dasar dan menengah tahun ini

CakapCakapCakap People! Beberapa siswa di China yang kembali ke sekolah setelah lebih dari dua bulan lebih di bawah status lockdown, kini bergulat dengan konflik keluarga, sementara siswa yang lain menekankan bagaimana gangguan virus corona mempengaruhi kinerja akademik mereka, kata para guru dan penasihat sekolah.

Kecemasan pasca-lockdown yang meningkat sudah menjadi perhatian pemerintah pusat karena media domestik melaporkan serangkaian bunuh diri yang dilakukan oleh kaum muda. 

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Kesehatan mental siswa — sebuah topik seperti bunuh diri sering menjadi hal yang tabu dalam masyarakat China — kini menjadi fokus pihak sekolah dan pemerintah daerah, di mana ini adalah langkah-langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

“Ada beberapa insiden yang memilukan ketika sekolah dibuka kembali. Ini menyoroti pentingnya dan urgensi mempromosikan pengembangan kesehatan mental pada siswa,” kata Wakil Wali Kota Zhuhai selatan, Yan Wu pada pertemuan parlemen tahunan China bulan lalu, seperti dikutip Reuters, Kamis, 11 Juni 2020.

Pada pertemuan parlemen, setidaknya empat delegasi mengajukan proposal agar perhatian lebih diberikan pada kebutuhan psikologis siswa.

Di satu distrik Shanghai, telah terjadi 14 kasus bunuh diri oleh siswa sekolah dasar dan menengah tahun ini — angka ini lebih tinggi dari angka tahunan selama tiga tahun terakhir, kata Li Guohua, wakil walikota distrik Pudong New Area Shanghai, kepada majalah keuangan Caixin pada bulan Mei.

“Ini adalah puncak gunung es,” ujar Li.

Surat kabar pemerintah, Health Times melaporkan, secara nasional terdapat 18 siswa yang bunuh diri dengan cara loncat dari gedung dalam tiga bulan terakhir dan mengutip para ahli yang menyerukan lebih banyak fokus pada kesehatan mental siswa. Sayangnya, artikel tersebut segera dihapus —  kejadian umum di China ketika topik sensitif diangkat.

Life Education

Ketika China melonggarkan langkah-langkah untuk membendung wabah virus corona, siswa mulai beralih dari kelas online kembali ke ruang kelas pada Maret.

Berdasarkan survei online terhadap 1,22 juta siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa 10,5 persen siswa berpotensi memiliki masalah kesehatan mental. 

Pada akhir April, Kementerian Pendidikan China meminta sekolah untuk memperhatikan kesehatan mental, dan menyesuaikan rencana pelajaran sehingga siswa tidak memiliki tekanan akademis.

Sejumlah pemerintah daerah telah melonggarkan rencana pelajaran agar tidak membebani siswa, bahkan Provinsi Ahui membatalkan beberapa ujian.

Pemerintah di Kota Wuhan, Provinsi Hainan, dan Shanghai menyediakan kelas mengajar dengan konsep baru yang bertujuan membantu siswa mengatasi stres dan kesedihan. 

Dalam kelas tersebut, siswa dibagi menjadi kedua kelompok dan berlomba untuk membentuk rangkaian kata dalam bahasa Inggris.

“Tujuannya adalah untuk membuat siswa sadar bahwa perasaan stres adalah alami, dan bahwa bagaimana Anda menghadapi stres itu dapat menghasilkan hasil yang berbeda,” kata salah satu guru.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Seorang pensihat sekolah di Shanghai yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, pembukaan kembali sekolah setelah lockdown berbeda dengan tahun ajaran baru setelah liburan musim dingin. 

Dia mengatakan, ada beban kerja yang meningkat ketika siswa berkonsultasi tentang tekanan akademis dan rencana studi setiap pekan.

“Saya berharap, virus ini akan mengajari anak-anak bagaimana menghadapi perubahan dalam hidup. Hidup ini penuh dengan tantangan,” kata penasihat sekolah tersebut.

One Comment

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Update COVID-19 di RI [11 Juni]: Bertambah 979, Kasus Positif Terbanyak dari Jatim dan Sulsel

Tips Merawat AC Mobil Kesayangan agar Awet dinginnya, Coba Terapkan Yuk!