CakapCakap – Cakap People! Beberapa hari terakhir, jagat maya sedang diramaikan perbincangan tentang dua warga Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan yang memasang taruhan jika presiden pilihan mereka menang di pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Keduanya menjadikan tanah seluas satu hektar sebagai taruhan. Namun, ternyata tanah tersebut bukanlah milik keduanya.
Melansir Kompas, Rabu, 17 April 2019, dalam foto yang viral, kedua pria itu masing-masing mengaku sebagai pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Keduanya tampak berjabat tangan dalam foto tersebut. Selain itu, di dalam foto itu juga terlihat kuitansi bermaterai yang bertuliskan nama Henrik Arhadi, menjadi pendukung calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo. Sementara itu, Muhammad Azis menjadi pendukung calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Hendrik, 30 tahun, adalah wirausahawan sektor pertanian. Hendrik terdaftar sebagai pemilih di TPS 03, Desa Empagae, Sidrap. Ia mengatakan, lawan taruhannya adalah pamannya sendiri. Abdul Aziz C terdaftar di TPS 02 di desa yang sama. Sang paman berusia 39 tahun, juga petani sawah tadah hujan dan irigasi.
“Perjanjiannya betul, Pak,” kata Hendrik, warga Desa Empagae, Kecamatan Empagae, sekitar 18 km sebelah timur Pangkajene, Kabupaten Sidrap, ketika dikonfirmasi Tribun melalui sambungan telepon, Senin, 15 April 2019 petang.
“Tapi tanahnya itu adalah lapangan desa yang sudah 10 tahun tidak diperhatikan sama pemerintah,” tutur Hendrik kemudian.
Motif Taruhan
Hendrik mengatakan, ada motif khusus mereka mengunggah foto taruhan itu di media sosial yang tak disangka keduanya menjadi viral itu sebagai kritik kepada pemerintah. Mereka berharap, pemerintah dan presiden yang kelak terpilih menjadikan lapangan sepak bola ini sebagai pusat aktivitas warga.
“Sudah 10 tahun kami ajukan proposal ke kepala desa, Pak Camat, Pak Bupati, dan caleg DPR, tapi sampai sekarang rumputnya masih tinggi,” ujar Hendrik.
Padahal, saat dirinya masih SD hingga SMP, lanjut Hendrik, tanah lapangan yang kini jadi area gembala ternak sapi dan kambing itu terawat dan menjadi pusat olahraga anak muda.