CakapCakap – Cakap People! Tampaknya Donald Trump akhirnya mengakui bahwa dia tidak memenangkan pemilihan umum (pemilu) tahun 2020 lalu.
Mantan presiden Amerika Serikat ini telah lama berargumen bahwa ia memenangkan pemilihan yang digelar pada November 2020, dan menuduh ada kecurangan pemilihan yang menjadikan Joe Biden sebagai pemenang.
Klaim Trump bahkan memicu audit di beberapa negara bagian untuk menghitung ulang suara, tetapi, sebagaimana adanya, tidak ada bukti penipuan yang ditemukan.
Sebelum audit, semua pengamat menggemakan sentimen ini dan bersikeras bahwa klaim Trump tidak berdasar.
Trump: We didn’t win but let’s see what happened on that pic.twitter.com/RYyxt3QJ7z
— Acyn (@Acyn) June 17, 2021
Hanya beberapa jam sebelum Trump meninggalkan Gedung Putih pada awal tahun 2021, dia masih berargumen bahwa dia telah memenangkan pemilihan. Namun, lebih dari enam bulan kemudian, dia tampaknya akhirnya kebobolan.
Berbicara di Fox News pada Rabu, 16 Juni 2021, Trump mengatakan:
“Kami tidak menang. Kami seharusnya menang dengan mudah, 64 juta suara. Kami mendapat 75 juta suara, dan kami tidak menang, tapi mari kita lihat apa yang terjadi dengan itu.”
Trump mungkin telah mengakui bahwa dia tidak menang, tetapi komentar ‘mari kita lihat apa yang terjadi’ menunjukkan bahwa dia memiliki secercah harapan bahwa hasil pemilu mungkin masih akan dibatalkan.
Saat berbicara dengan Sean Hannity di Fox News, Trump juga membahas asal mula wabah COVID, di mana dia mengatakan dia yakin itu berasal dari laboratorium di China.
“Saya percaya itu adalah kecelakaan yang mengerikan, tapi saya yakin itu berasal dari lab. Saya sangat berharap, dan saya percaya, itu adalah ketidakmampuan,” kata Trump.
“Saya kira beberapa orang belum tentu setuju dengan itu. Mereka berpikir mungkin ada tujuan untuk itu, yang akan benar-benar mengerikan. Tapi kita harus mencari tahu lebih banyak tentang itu, mengapa itu terjadi, bagaimana itu bisa terjadi, bagaimana orang bisa begitu tidak kompeten,” tambahnya.
Trump juga membahas fakta bahwa orang-orang mencapnya xenofobia karena melarang siapapun dari China masuk ke AS pada awal pandemi. Mempertahankan keputusannya, pria berusia 74 tahun itu mengaku telah menyelamatkan ‘puluhan ribu nyawa.’
Sepanjang wawancara, Trump tidak terdengar menyebut virus itu sebagai ‘flu China’ – yang kemungkinan besar karena fakta bahwa dia saat ini menghadapi gugatan $ 22 juta karena menggunakan istilah itu selama masa kepresidenannya.
Bulan lalu, Koalisi Hak Sipil Amerika-China (CACRC) mengambil tindakan terhadap mantan presiden AS ini dan menuduh bahwa penggunaan istilah tersebut berkontribusi menghina terhadap kekerasan yang dihadapi orang China-Amerika, melansir Unilad.co.uk.