CakapCakap – Cakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, membingkai keputusan untuk memberlakukan lockdown untuk mengekang virus corona baru versus membuka kembali ekonomi, sebagai pilihan antara kesehatan masyarakat dan ekonomi adalah dikotomi yang “salah”.
“Itu adalah pilihan yang salah,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam rekaman video saat membuka Perkembangan COVID-19 Universitas Nasional Singapura (NUS), Kamis, 17 September 2020, melansir laporan Channel News Asia.
“WHO mendesak negara-negara untuk fokus pada empat prioritas penting,” kata Tedros.
Pertama, mencegah acara besar yang mengundang banyak orang, seperti di stadion dan klub malam, yang telah terbukti menjadi sumber “ledakan wabah”.
Kedua, melindungi yang rentan, menyelamatkan nyawa, dan mengurangi beban sistem kesehatan.
Ketiga, mendidik masyarakat tentang menjaga jarak fisik, kebersihan tangan, etika pernapasan, dan penggunaan masker untuk mengekang penularan virus corona.
Keempat, menemukan, mengisolasi, menguji, dan merawat pasien COVID-19, serta melacak dan mengarantina kontak mereka.
“Sudah ada banyak contoh negara yang secara efektif mencegah atau mengendalikan wabah mereka dengan melakukan empat hal ini, dan melakukannya dengan baik,” kata Tedros sambil menyebut Selandia Baru, Islandia, Senegal, Mongolia, dan Singapura sebagai contoh.
“Tema umum di semua negara ini adalah komitmen terhadap persatuan nasional dan solidaritas global,” imbuh dia.
Dia juga mengatakan bahwa lebih dari 170 negara telah bergabung dalam rencana global untuk mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh dunia, dan prioritas utama WHO untuk vaksin adalah keamanan. Batas waktu untuk mengikuti program yang disebut COVAX ini adalah hari Jumat.
Memperingatkan bahwa COVID-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir, Dr Tedros mengatakan bahwa dunia harus siap ketika wabah berikutnya melanda.
“Tidak pernah lebih jelas lagi bahwa kesehatan adalah pilihan politik dan ekonomi. Dalam 20 tahun terakhir, negara-negara telah banyak berinvestasi dalam mempersiapkan serangan teroris tetapi relatif sedikit dalam mempersiapkan serangan virus, yang seperti yang telah dibuktikan oleh pandemi, bisa jauh lebih mematikan, mengganggu, dan merugikan, “katanya.