CakapCakap – Cakap People! Setidaknya diperlukan dana sebesar $15 miliar atau Rp234 triliun lebih untuk membangun kembali rumah-rumah di Gaza, kata kepala Dana Investasi Palestina, Mohammed Mustafa, berdasarkan skala kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel.
Mustafa mengatakan laporan internasional menunjukkan 350.000 unit rumah telah rusak seluruhnya atau sebagian di Gaza. Dengan asumsi 150.000 rumah perlu dibangun kembali dengan biaya rata-rata $100.000 per unit, “itu berarti $15 miliar untuk unit rumah”, katanya, Rabu, 17 Januari 2024.
“Kami masih belum membicarakan infrastruktur, kami belum membicarakan rumah sakit yang rusak, jaringan listrik…,” katanya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, seperti dikutip Reuters.
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran untuk membangun kembali Gaza setelah konflik sebelumnya, karena perang tidak terlihat tanda-tanda akan berakhir lebih dari tiga bulan sejak dimulai.
Menyusul perang tahun 2014 antara Hamas dan Israel, yang berlangsung selama tujuh minggu dan menewaskan 2.100 warga Palestina, Qatar menghabiskan lebih dari $1 miliar untuk proyek perumahan dan bantuan di Gaza.
Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut dalam serangan yang menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan 24.448 orang sejak 7 Oktober 2023, ketika kelompok Palestina memicu perang dengan menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik 240 lainnya.
Angka yang dikeluarkan oleh kantor media Hamas di Gaza menunjukkan lebih dari 360.000 unit rumah mengalami kerusakan parah atau sebagian, dan lebih dari 70.000 unit hancur total.
Mustafa mengatakan kepemimpinan Palestina, dalam jangka pendek, akan terus fokus pada bantuan kemanusiaan termasuk makanan dan air, namun pada akhirnya fokusnya akan beralih ke rekonstruksi.
Perang tersebut telah menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka, beberapa di antaranya telah terjadi beberapa kali pindah pengunsian, dan menyebabkan krisis kemanusiaan, dengan makanan, bahan bakar, dan pasokan medis yang semakin menipis.
“Jika perang di Gaza terus berlanjut, kemungkinan besar lebih banyak orang yang meninggal karena kelaparan dibandingkan perang,” kata Mustafa.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan makanan, obat-obatan, air dan listrik ke daerah kantong yang terkepung, katanya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Selasa bahwa negara-negara Arab tidak tertarik untuk terlibat dalam pembangunan kembali Gaza jika daerah kantong itu akan “diratakan” lagi dalam beberapa tahun.
Mustafa mengatakan upaya rekonstruksi akan memerlukan dana sangat besar. Dia juga mengatakan uang tidak akan menyelesaikan masalah Gaza, dan menambahkan bahwa hal itu memerlukan solusi politik.
Dana Investasi Palestina di Ramallah adalah bagian dari Otoritas Palestina di Tepi Barat yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, yang diusir dari Gaza oleh Hamas dalam perang saudara singkat pada 2007.
Israel mengatakan kampanyenya bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera Israel.
Amerika Serikat menyatakan ingin melihat Tepi Barat dan Gaza bersatu kembali di bawah pemerintahan yang dipimpin Palestina setelah perang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak peran pemerintahan Palestina.
Ketika ditanya apa peran Hamas di masa depan, Mustafa mengatakan “cara terbaik ke depan adalah menjadi seinklusif mungkin”.