CakapCakap – Cakap People, sudah tahu belum bahwa darah kepiting tapal kuda atau disebut juga belangkas mempunyai peran penting dalam pembuatan vaksin Covid-19? Ternyata darah jenis kepiting ini mampu mendeteksi kontaminasi bakteri yang terdapat di dalam vaksin.
Darah belangkas mampu mendeteksi endotoksin, zat yang dilepaskan oleh bakteri ketika bakteri mati. Endotoksin bisa membunuh manusia apabila masuk ke dalam aliran darah.
Sebelumnya, darah kepiting tapal kuda sudah lama digunakan untuk bahan kunci penelitian vaksinasi. Darah biru dari kepiting ini dimanfaatkan sebagai penguji keamanan vaksinasi dan produk medis lainnya.
Dalam bahasa lebih sederhana, darah kepiting ini mengandung zat pembekuan khusus yang digunakan sebagai bahan Limulus amebocyte lysate atau LAL. LAL ini mampu membungkus semua bakteri gram negatif.
Sebelumnya, para ilmuwan tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah vaksin atau alat medis terkontaminasi bakteri. Namun setelah LAL dibuat, maka mereka tidak perlu lagi takut tertular. Meskipun tidak dapat membunuh bakteri, LAL layaknya alarm yang memperingatkan adanya infeksi yang berpotensi mematikan dan mencegahnya menyebar.
Dilansir dari CNN Indonesia, darah biru kepiting tapal kuda adalah salah satu sumber daya termahal di dunia. Produk darah ini bisa dihargai US$60 ribu atau sekitar Rp885,8 juta pergalon. Media Okezone menyebutkan harganya mencapai Rp213 juta perliter. Setiap tahunnya, industri medis menangkap sekitar 600.000 kepiting tapal kuda.
Kepiting tersebut diambil 30 persen darahnya, namun 30 persen darah yang diambil sudah bisa membuat kepiting tersebut mati. Sekitar 50 ribu kepiting mati ketika proses tersebut. Kepiting yang masih hidup dikembalikan ke air. Tetapi tidak ada yang tahu apakah hewan ini akan pulih atau keadaannya memburuk.
Pada tahun 2016, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam memasukkan kepiting tapal kuda Amerika ke dalam daftar merah. Artinya mereka satu tahap di bawah terancam punah. Populasi kepiting tapal kuda di AS terus menurun, sebanyak 30 persen.
Profesor Zoologi University of New Hampshire, Win Watson mengatakan 10 hingga 25 persen hewan mati dalam beberapa hari pertama usai pengurasan darah. Kepiting yang kekurangan darah menjadi bingung dan lemah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pada kepiting betina mungkin mengalami kesulitan untuk bertelur.
“Berdasarkan data kami dan data lainnya, saya pikir perusahaan perlu sedikit merawat mereka jika perusahaan ingin meningkatkan tingkat kelangsungan hidup mereka,” kata Watson