Bisa merasakan fasilitas yang aman dan nyaman merupakan sebuah hal yang pantas untuk disyukuri. Tetapi ternyata hingga saat ini masih banyak orang-orang yang belum bisa menikmati fasilitas dengan sepenuhnya. Bahkan bisa dikatakan jauh dari kata layak. Hal tersebut ternyata juga dialami oleh dua gadis ini.
Untuk bisa sampai ke sekolahnya, dua gadis ini harus berjuang menempuh perjalanan jauh. Bahkan jalur itu sangat ekstrem dan mengancam nyawa. Diketahui nama dua gadis pemberani itu adalah Radhika dan Yashoda. Setiap harinya kedua gadis yang berusia 14 dan 16 tahun ini harus bangun pukul lima pagi.
Sambil bersiap diri sebelum berangkat ke sekolah, keduanya tampak bercanda berebut roti yang akanmengisi perut mereka selama dalam perjalanan menuju sekolah. Kedua gadis ini harus berangkat sangat pagi karena lokasi sekolah mereka yang berada di daerah Maneri dan Malla. Dua remaja ini harus menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam dari rumah.
Kedua gadis ini juga tinggal di wilayah terpencil di Pegunungan Himalaya sehingga mereka harus melalui jalur yang berbahaya untuk bisa tiba di sekolah. Biasanya sebelum berangkat ke sekolah, kedua gadis ini masih menyempatkan diri untuk berdoa di kuil Hindu yang berada di desa mereka di Syaba, Himalaya.
Dalam perjalanan berangkat ke sekolah, sang ayah selalu terlihat mengantar kepergian mereka sampai di kuil lalu melepas kedua anaknya dengan senyum dan harapan. Ternyata jalur ekstrem yang harus mereka lalu merupakan jalur satu-satunya untuk menuju sekolah. Sebab tak ada jalur lainnya yang bisa dilalui. Dengan berbekal buku serta bekal makan siang mereka dengan terpaksa melalui jalur sempit dan penuh bebatuan.
Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, mereka harus melalui jalur yang paling sulit yaitu melalui Sungai Bhagirati. Menurut penduduk sekitar, jalur tersebut dianggap sangat berbahaya karena untuk bisa melewatinya, harus menaiki keranjang kecil. Untuk bisa sampai di ujung sungai, mereka harus menarik tali penghubung keranjang.
Bahkan dua gadis remaja ini harus berpegangan kuat pada keranjang troli agar tidak terjatuh pada aliran sungai yang sangat deras. Ketika musim hujan tiba, mereka harus bersusah payah untuk bisa menarik tali keranjang tersebut. Tetapi mereka juga tak boleh melakukan kesalahan yang bisa membuat jari terputus dan melukai mereka.
Setelah berhasil melalui sungai deras,mereka masih belum bisa bernapas dengan lega karena masih ada jalur hutan belantara yang harus dilalui. Bahkan di dalam hutan tersebut terdapat penampakan beruang dan macan tutul yang sangat mengancam nyawa mereka. Tetapi rasa lelah tersebut akan terbayar dengan harapan.
Sebab Yashoda bercita-cita ingin menjadi Polisi sedangkan Radhika ingin menjadi guru. Karena cita-cita itulah mereka tak mau berhenti sekolah dan berupaya terus berjuang meraih cita-cita. Sebetulnya kedua gadis ini hanya segelintir dari contoh anak-anak yang tinggal di Syaba. Ternyata terdapat 200 desa lain di pegunungan Himalaya dengan kondisi jalan yang bisa dilalui kendaraan, tetapi ada yang tidak bisa sama sekali.
So guys, jangan sia-siakan kesempatanmu buat mengenyam pendidikan dengan berbagai kemudahan yang kamu nikmati selama ini. dibandingkan dengan mereka, tentunya nasibmu lebih beruntung bukan?
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!