CakapCakap – Cakap People! Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat ini, sejumlah kebijakan baru mulai diterapkan, termasuk tentang jumlah hari kerja dalam seminggu.
Di Singapura, mereka sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan empat hari kerja dalam seminggu! Seperti diketahui, negara pulau itu telah mencabut lockdown parsial atau yang mereka sebut sebagai circuit breaker (CB) sejak awal Juni 2020.
Sebagai gambaran mengapa pola empat hari kerja dalam seminggu saat ini sedang dipertimbangkan oleh Parlemen Singapura, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh perusahaan Microsoft Jepang ketika mereka bereksperimen dengan jadwal kerja baru — produktivitas naik 40 persen dan biaya listrik turun 23 persen. Sesuatu yang positif, bukan?
Nah, beberapa anggota parlemen di Singapura menyatakan bahwa dengan memberlakukan empat hari kerja dalam seminggu dan fasilitas penitipan anak yang didanai oleh pemerintah bisa membantu orang tua mengatasi situasi COVID-19.
Berdebat tentang Anggaran Fortitude, anggota parlemen Singapura, Mohamed Irshad mengatakan bahwa pengaturan pola hari kerja baru akan dilakukan dalam waktu yang sangat singkat.
“Saya mengusulkan untuk pindah dari pola seminggu kerja lima hari secara tradisional ke seminggu kerja empat hari dengan opsi bekerja dari rumah pada hari kelima, dan bahkan memiliki model kerja dengan jam kerja yang fleksibel,” dilansir World of Buzz, Senin, 15 Juni 2020.
Pola kerja ini sesungguhnya sudah dilakukan dalam skala global. Tampaknya kita memang agak sedikit terlambat memberlakukan hal ini.
Menurut Forbes, “Eropa, Australia, dan Selandia Baru lebih unggul dari Amerika dalam menawarkan pola empat hari kerja.”
“Ratusan perusahaan di Inggris pindah ke pola kerja empat hari dalam seminggu atau bahkan mereka sudah menerapkannya, termasuk perusahaan-perusahaan besar.”
Salah satu koresponden dalam artikel Forbes, Andrew Barnes yang merupakan founder Perpetual Guardian, firma jasa keuangan di Selandia Baru ini juga menyebutkan bahwa “Penelitian ini cukup jelas – perusahaan mendapatkan peningkatan produktivitas dan mengurangi jumlah hari sakit [hari di mana karyawan izin karena sakit dan tetap mendapat gaji, red].”