in ,

COVID-19: New Normal, Media Sosial, dan Gerak Ekonomi Masyarakat

Virus corona telah menjangkiti lebih dari 35 ribu orang di Indonesia sejauh ini.

CakapCakap – Penetapan status pandemi COVID-19 oleh World Health Organization (WHO) pada bulan Maret lalu telah mempengaruhi aktivitas masyarakat dalam skala global. Dampak penyebaran virus tidak hanya menghantam sektor kesehatan, tapi juga sosial, ekonomi, budaya hingga politik. 

Dilansir oleh WHO dalam Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019, pada bulan Maret tahun ini, virus yang berasal dari jenis coronavirus baru ini mulai mewabah di Wuhan, China, awal Desember 2019.

Virus ini menginfeksi saluran pernapasan hingga menyebabkan batuk, pilek dan kemungkinan terburuk seperti terserang Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). 

Ilustrasi. [Foto: Wijaya Rahmat / CakapCakap]

Di Indonesia, kasus pertama COVID-19 dikonfirmasi pada 2 Maret 2020 setelah seorang intstruktur tari dan ibunya positif terinfeksi COVID-19 oleh seorang warga negara Jepang. Lalu kemudian pada 9 April 2020, pandemi menyebar ke 34 provinsi diseluruh Indonesia. 

Hingga per Kamis, 11 Juni 2020, Indonesia sudah mencatat sebanyak 35.295 kasus positif COVID-19 dengan jumlah kematian 2.000 jiwa. Indonesia berada pada peringkat kedua infeksi COVID-19 terbanyak setelah Singapura di Asia Tenggara.

COVID-19 dan pengguna media sosial di Indonesia

Tercatat sebagai pengguna media sosial terbesar keempat dunia, platform komunikasi dan jejaring sosial sudah bukan menjadi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. 

Fasilitas dan fitur yang tersedia di media sosial telah menyentuh kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang termasuk kegiatan perekonomian. 

Keputusan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah memperkuat eksistensi sosial media sebagai penyambung lidah hingga penampung tonggak perekonomian masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. 

Sejumlah kampanye dukungan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan dan regulasi pemerintah juga membanjiri berbagai platform media sosial generasi muda. 

Gerakan dukungan terhadap kegiatan stay at home yang dicanangkan pemerintah juga digaungkan oleh sejumlah influencer dan tokoh masyarakat seperti Najwa Shihab, Rachel Venya,  dr. Tirta serta publik figur lain juga turut menghiasi euphoria dukungan terhadap langkah percepatan penanganan pandemi COVID-19 ini. 

Di sisi lain, ditinjau dari perspektif ekonomi, roda perekonomian masyarakat juga jelas terpengaruhi. Keputusan pelaksanaan PSBB di sejumlah tempat mengharuskan berbagai pelaku ekonomi mikro dan makro untuk membatasi gerak dan aktivitasnya. 

Lagi, sosial media kembali datang sebagai penyelamat dan penyambung kegiatan yang terhambat. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah kegiatan ekonomi yang dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan platform media sosial lain yang dipenuhi sejumlah promosi barang, makanan dan jasa oleh masyarakat.

Ilustrasi. [Foto: Wijaya Rahmat / CakapCakap]

New normal, harapan baru dan evolusi sosial media

Pembukaan sejumlah fasilitas secara bertahap yang dilaksanakan bulan Juni ini menyimpan sejumlah harapan besar dalam pemulihan roda perekonomian masyarakat. 

Suka atau tidak, pandemi COVID-19 ini mungkin saja akan berakhir lebih panjang dari perkiraan kita semua. Peran komunikasi yang terbatas dan belum maksimalnya pelaksanaan PSBB dapat menjadi pembelajaran dalam proses penanganan pandemi di Tanah Air. 

Untuk kesekian kalinya, media sosial kembali memegang kunci komunikasi dalam sejumlah sektor penting kegiatan masyarakat. Sosialiasi pelaksanaan new normal bahkan masih memanfaatkan media sosial. 

Jumlah user yang besar dan jangkauan audiens yang lebih luas dan efektif menjadikan proses pengenalan tahapan new normal menjadi lebih mudah dan praktis. Kegiatan perekonomian juga terus terdorong oleh kemudahan akses di sosial media. 

New normal yang masih melaksanakan praktek protokol kesehatan, tentu akan sangat membutuhkan media sosial sebagai platform komunikasi. 

Pengenalan sejumlah aturan pembukaan usaha, pemantauan pelaksanaan protokol, hingga penawaran sejumlah produk diprediksi masih akan sangat bergantung pada akses media sosial. 

Media sosial telah berevolusi dan mengukuhkan posisinya sebagai media komunikasi yang fundamental ditengah keterbatasan gerak masyarakat. Tanpa media sosial bukan tak mungkin kondisi perekonomian masyarakat, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia akan lebih buruk dari hari ini.

Wijaya Rahmat. [Foto: Dok. Pribadi / CakapCakap]

Realitas pelaksanaan protokol kesehatan ditengah pandemi COVID-19

Tak bisa dipungkiri, gencarnya dukungan kampanye terhadap pelaksanaan protokol kesehatan bukanlah jaminan terhadap implementasi yang maksimal ditengah masyarakat. 

Jumlah penduduk yang padat, serta lemahnya kesadaran terhadap pentingnya pelaksanaan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 

Sejumlah isu, hoaks dan berita tak valid terkait pandemi ini menghantui platform komunikasi yang menyasar masyarakat dengan tingkat edukasi yang lemah. 

Berbagai tempat juga masih terlihat abai dan tidak patuh terhadap protokol sehingga masih akan sangat marak ditemui perkumpulan massa yang tak sesuai dengan peraturan kesehatan yang telah ditetapkan. 

Sejumlah video diskriminasi dan intimidasi terhadap pasien positif COVID-19 juga sempat beredar. Stigma juga menyasar sejumlah tenaga medis yang menangani para pasien dirumah sakit, yang kemudian diperburuk dengan adanya isu agenda permainan angka jumlah pasien oleh rumah sakit terhadap pasien yang sampai hari ini belum dapat dikonfirmasikan kebenarannya. 

Berbagai peristiwa sosial ini kemudian dapat berdampak pada proses percepatan penanganan pandemi COVID-19, karena kesadaran masyarakat dalam membantu dan mendukung seluruh langkah yang ditetapkan sangat fundamental dalam mencapai tujuan yang diharapkan semua pihak. 

Meski sempat dikritisi, sejumlah pihak justru menilai bahwa langkah pelaksanaan new normal adalah tahapan yang tepat dalam memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sempat turun dalam beberapa bulan terakhir. 

Harapan untuk melihat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kembali pulih tentu berada dalam setiap doa masyarakat Indonesia hari ini. Kesadaran, edukasi, serta sikap yang disiplin akan menjadi tiga aspek penting yang harus tertanam di dalam karakter masyarakat, sembari menunggu vaksin COVID-19 ditemukan dan menekan kurva pasien positif di Indonesia. 

Kerjasama diantara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi percepatan penanganan pandemi di Tanah Air.

Sumber: Tempo Institute | Media Indonesia | WHO

*Penulis: Wijaya Rahmat [Mahasiswa Fakultas Sastra, Jurusan Ilmu komunikasi di Universitas Muslim Indonesia Makassar]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Resep Puding Roti Tawar Kukus, Enak dan Mudah Dibuat!

Siswa Miskin di India Ini Bunuh Diri Karena tak Bisa Ikut Kelas Online