CakapCakap – Cakap People! Banyak sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia saat ini kewalahan secara kapasitas karena semakin meningkatnya kasus virus korona. Epidemi ini telah menghadirkan tantangan besar tidak hanya untuk keahlian para profesional medis tetapi juga ketersediaan peralatan medis yang penting.
Ventilator, misalnya, sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien COVID-19 yang mengalami kesulitan bernapas karena gagal paru-paru. Namun fakta yang menyedihkan adalah bahwa tidak semua negara memiliki akses ke alat penyelamat yang satu ini.
Contohnya, Republik Sudan Selatan hanya memiliki 4 ventilator meskipun memiliki populasi 12 juta. Selain itu, mereka hanya memiliki 24 tempat tidur di unit perawatan intensif di rumah sakit mereka.
Informasi ini diungkapkan oleh International Rescue Committee (IRC) dan itu benar-benar mengecewakan, terutama ketika menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sekitar 1 dari 5 pasien COVID-19 perlu dirawat di rumah sakit dan mereka yang berakhir dengan sakit kritis akan paling membutuhkan untuk memiliki akses pada penggunaan ventilator.
Dalam sebuah interview CNN pada Sabtu, 18 April 2020, Wakil Presiden dan Kepala Pengiriman Program IRC, Elinor Raikes, menunjukkan bagaimana pandemi COVID-19 ini membuat negara-negara dengan sistem kesehatan yang kuat begitu kewalahan menghadapinya. Bagaimana jika ini terjadi di negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah?
“Sudah cukup beralasan jika khawatir tentang bagaimana hal itu dengan cepat akan membanjiri negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah,” tambah Raikes.
Sementara itu, 10 negara Afrika lainnya sama sekali tidak memiliki ventilator, menurut laporan The New York Times pada Sabtu, 18 April 2020.
Untungnya, Bank Dunia telah menyediakan 7,6 juta dolar AS sebagai dukungan tanggapan atas kasus COVID-19 di negara Afrika Utara.
“Sistem kesehatan di Sudan Selatan sangat rapuh dan ketika kita melihat bagaimana sistem kesehatan yang kuat di seluruh dunia berjuang melawan COVID-19, itu membuat kita lebih khawatir terhadap orang-orang Sudan Selatan,” kata perwakilan UNICEF Sudan Selatan Mohamed Ag Ayoya.
Manajer Bank Dunia untuk Sudan Selatan, Husam Adubagga juga mengatakan bahwa mereka memperkirakan pandemi COVID-19 “membebani” negara-negara dengan ”lemahnya kesiapsiagaan kesehatan masyarakat dan sistem respons.” Ia menambahkan bahwa dana darurat akan membantu memenuhi “kebutuhan sumber daya kritis” selama masa-masa sulit ini.
Pada 21 April, Sudan Selatan memiliki 4 kasus virus corona (COVID-19) yang dikonfirmasi, 0 kematian, dan 0 pemulihan. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di negara itu pada 5 April 2020.
*Foto via Elite Readers
3 Comments
Leave a Reply3 Pings & Trackbacks
Pingback:Pasien COVID-19 Alami Blood Clot Jadi Kekhawatiran Baru Para Dokter di AS - CakapCakap
Pingback:Presiden Jokowi Optimistis Indonesia Pulih dari COVID-19 Tahun 2021 - CakapCakap
Pingback:Dokter Senior di Inggris Ingatkan Ventilator Buatan China Bisa Bunuh Pasien COVID-19 - CakapCakap