in ,

COVID-19 Belum Terkendali, Menteri Keuangan: Indonesia Tidak Mungkin Terhindar dari Resesi Ekonomi

Menkeu mengatakan beberapa tanda perbaikan sudah mulai terlihat, meski tidak sekuat perkiraan sebelumnya.

CakapCakapCakap People! Kementerian Keuangan telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini menjadi antara -1,7 persen dan -0,6 persen dari antara -1,1 persen menjadi 0,2 persen karena negara belum bisa menahan penyebaran COVID-19 sehingga tidak mungkin untuk menghindari resesi ekonomi.

Kementerian mengatakan ekonomi akan berkontraksi 2,9 hingga 1,1 persen pada periode Juni hingga September, menyusul kontraksi 5,3 persen dalam periode tiga bulan sebelumnya. Ekonom mendefinisikan resesi sebagai kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut.

“Pertumbuhan ekonomi negatif kemungkinan besar terjadi pada kuartal ketiga dan mungkin masih berlanjut pada kuartal keempat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa, 23 September 2020, melansir laporan Jakarta Globe.

Anak-anak bermain layang-layang dengan latar belakang gedung-gedung perkantoran di bantaran kali Banjir Kanal Barat, Jakarta, Selasa, 22 September 2020. [Foto: SP/Joanito De Saojoao]

Indonesia mencatat tiga rekor jumlah kasus baru COVID-19 dalam seminggu terakhir dan telah mencatatkan lebih dari 250.000 pasien sejak pandemi tiba di negara ini pada Maret. Jakarta, pusat pandemi saat ini di Indonesia, memberlakukan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang lebih ketat minggu lalu dalam upaya putus asa untuk menahan penyakit tersebut.

Menkeu mengatakan beberapa tanda perbaikan sudah mulai terlihat, meski tidak sekuat perkiraan sebelumnya.

Kontraksi konsumsi rumah tangga kemungkinan besar akan menyusut menjadi antara 3 persen hingga 1,5 persen pada kuartal ketiga, dari penurunan 5,6 persen pada kuartal kedua, kata Sri Mulyani. Konsumsi rumah tangga adalah pendorong utama pertumbuhan Indonesia, terhitung lebih dari 50 persen perekonomian.

“Investasi sedikit membaik, namun masih lemah. Hal itu tercermin dari indikator aktivitas membangun, impor barang modal, dan penjualan kendaraan niaga,” ujarnya.

Investasi mungkin menyusut 8,5 persen menjadi 6,5 persen pada kuartal ketiga dan kemungkinan akan berakhir tahun 5,6 persen menjadi 4,4 persen lebih rendah dari tahun lalu, setelah menyesuaikan dengan inflasi, kata Sri Mulyani.

Kinerja ekspor akan tetap berada di bawah tekanan dan kemungkinan turun 14 persen menjadi 8,7 persen di triwulan ketiga. Impor mungkin akan turun 27 persen menjadi 16 persen dalam periode tersebut, kata Sri Mulyani.

Untungnya, belanja pemerintah telah menunjukkan perbaikan dan kemungkinan akan meningkat 9,8 persen menjadi 17 persen pada periode Juni hingga September seiring dengan akselerasi belanja stimulus pandemi pemerintah, katanya. Pengeluaran pemerintah menyusut 6,9 persen pada kuartal terakhir.

“Sepanjang tahun, konsumsi pemerintah akan meningkat sekitar 0,6 persen menjadi 4,8 persen. Pemerintah sudah habis-habisan dalam kebijakan pengeluaran atau ekspansi fiskal sebagai langkah countercyclical,” katanya.

Perekonomian global juga menunjukkan perbaikan. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan ekonomi global akan berkontraksi sebesar 4,5 persen tahun ini, dibandingkan dengan antara 6 persen dan 7,6 persen kontraksi yang diproyeksikan pada bulan Juni.

Untuk tahun 2021, Indonesia mematok target pertumbuhan ekonomi 4,5 persen hingga 5,5 persen.

“Karena COVID-19 masih menjadi faktor pertama yang mempengaruhi perekonomian di tingkat global dan nasional, pencapaian target kita masih sangat ditentukan oleh kemampuan kita mengendalikan COVID-19,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Setidaknya 380 Paus Mati Setelah Terdampar Massal di Australia

Arab Saudi Bakal Izinkan Ibadah Umrah Secara Bertahap Mulai 4 Oktober 2020