in

Cokelat, Kenikmatan yang Diperkirakan Punah 30 Tahun Lagi

Tidak ada yang bisa menolak lezatnya cokelat baik diolah sebagai makanan ringan, ataupun minuman nikmat. Tak hanya anak-anak, cokelat juga sudah menjadi makanan favorit di hampir semua usia. Nah, pernahkah berpikir bahwa tanaman lezat ini akan punah puluhan tahun ke depan? Ya, peningkatan efek dari global warming diperkirakan akan memusnahkan beberapa jenis tanaman, salah satunya adalah tanaman cokelat.

Cokelat makanan nikmat via cnnindonesia.com

Perkiraan tersebut diungkap oleh beberapa ahli yang mengatakan bahwa tanaman kakao yang selama ini menghasilkan cokelat tidak akan bisa tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban tinggi serta curah hujan berlimpah. Dampak serius dari pemanasan global menyebabkan tanaman kakao tidak mampu menyesuaikan diri pada iklim yang berubah drastis selama beberapa dekade ke depan.

Cokelat biasanya ditanam pada ketinggian 800 mdpl, dan 1200 mdpl. Temperature yang tepat untuk tanaman ini berada di suhu 30 derajat Celsius atau 32 derajat Celsius secara maksimal. Pohon kakao terancam akan kehilangan kelembaban karena cuaca yang begitu ekstrim.

Ada juga prediksi beberapa negara yang selama ini menghasilkan cokelat justru akan memilih untuk mendorong produksi kakao ke area gunung. Akan tetapi pilihan tersebut juga akan berbenturan dengan masalah kehidupan liar yang terancam disana, sehingga menyerah pada kakao bisa jadi kenyataan.

Cokelat via berita-sulsel.com

Berdasarkan informasi terkait produksi cokelat, ternyata produk cokelat ini sudah mengalami defisit di tahun lalu karena konsumsi yang berlebihan. Jika pemanasan global tetap terjadi, maka diperkirakan setiap tahunnya defisit akan berkisar di angka 100 ribu ton per tahunnya. Bahkan, masa hidup tanaman kakao diperkirakan akan menghilang di awal tahun 2050. Dari hasil perkiraan tersebut, maka beberapa peneliti pun mencoba mentransformasikan tanaman kakao menggunakan teknologi CRISPR untuk tetap bisa mengembangkan tanaman ini.

Salah seorang pakar genetika, Jennifer Doudna mengungkapkan bahwa teknologi ini sudah berkolaborasi dengan Mars. Meskipun sempat menuai kontroversi karena dinilai berpotensi untuk penyakit manusia. Saat ini, alat tersebut bisa juga diaplikasikan untuk makanan. Seperti yang terjadi sebelumnya, alat ini berhasil diaplikasikan pada tepung.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Budaya Korea Ini Patut Diajarkan Pada Anak atau Keponakanmu

Anti Mainstream! Uniknya Potongan Rambut Amasunzu Dari Afrika Tengah