in ,

China Suntikkan Vaksin COVID-19 Potensial Kepada Para Pekerja ‘Kunci’ Sejak Juli 2020

Kepala Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pemerintah telah mengizinkan ‘penggunaan darurat’ perawatan untuk staf di bidang pekerjaan berisiko tinggi

CakapCakapCakap People! Pemerintah China telah menyuntikkan kandidat vaksin virus corona potensial kepada kelompok-kelompok pekerja ‘kunci’ terpilih selama lebih dari sebulan ini. Demikian diungkapkan seorang pejabat senior kesehatan.

Menurut laporan The South China Morning Post, Zheng Zhongwei, Kepala Pusat Sains dan Teknologi Komisi Kesehatan Nasional China, mengatakan kepada organisasi media pemerintah China, CCTV, pada hari Minggu, 23 Agustus 2020, bahwa pemerintah telah mengizinkan “penggunaan darurat” vaksin Sars-Cov-2 untuk pekerja ‘kunci’ termasuk petugas kesehatan dan petugas perbatasan sejak 22 Juli 2020.

Negara itu telah tujuh hari tanpa melaporkan kasus yang ditularkan secara lokal, dan pekerja perbatasan dianggap dalam kategori berisiko tinggi, kata Zheng, yang juga memimpin gugus tugas pengembangan vaksinasi.

“Sebagian besar kasus di China sekarang diimpor, jadi pejabat perbatasan adalah kelompok berisiko tinggi,” katanya.

Seorang relawan di Brasil menerima suntikan vaksin COVID-19. [Foto: AFP]

Ke depan, program vaksinasi akan digulirkan untuk melibatkan masyarakat yang bekerja di industri transportasi dan jasa serta di pasar basah, sehingga tercipta “penghalang imunitas”, ujarnya.

Tidak ada rincian tentang kandidat vaksin mana yang digunakan, tetapi Zheng mengatakan vaksin itu telah diberikan sesuai dengan hukum, di bawah kekuasaan yang memungkinkan penggunaan terbatas dari vaksin itu sepanjang untuk kegiatan kesehatan masyarakat yang serius.

Sebagaimana diketahui, empat dari tujuh kandidat vaksin yang menjalani pengujian tahap akhir di seluruh dunia diproduksi oleh perusahaan China.

“Kami telah menyusun serangkaian paket rencana, termasuk formulir persetujuan medis, rencana pemantauan efek samping, rencana penyelamatan, rencana kompensasi, untuk memastikan penggunaan darurat diatur dan dipantau dengan baik,” kata Zheng.

Ia tidak mengatakan berapa banyak orang yang telah diberi suntikan vaksin tersebut, tetapi mengatakan langkah selanjutnya adalah memperluas skema tersebut ke lebih banyak orang sebelum musim gugur dan musim dingin dan kemungkinan lonjakan infeksi.

Mengenai masalah harga, Zheng mengatakan semua vaksin COVID-19 China akan “terjangkau untuk umum”.

Komentarnya itu muncul setelah Liu Jingzhen, Ketua Sinopharm — perusahaan induk CNBG milik negara — seperti dikutip oleh surat kabar Shanghai Guangming Daily pada hari Selasa, 18 Agustus 2020, mengatakan bahwa harga vaksin mereka akan dibanderol dengan harga sekitar 1.000 yuan (145 dolar AS) atau setara Rp2,1 juta untuk dua kali suntikan vaksin — harga ini jauh lebih mahal dibanding harga vaksin lain yang diumumkan sejauh ini.

“Presiden Xi mengatakan vaksin COVID-19 adalah produk kesehatan masyarakat. Salah satu prinsip produk kesehatan masyarakat adalah harganya tidak berdasarkan hubungan penawaran dan permintaan, tetapi pada biaya ditambah tingkat keuntungan yang wajar,” kata Zheng.

“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa harganya pasti akan lebih rendah dari apa yang dikatakan ketua [Sinopharm] Liu,” ujarnya.

Ilustrasi. [Foto: REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

Menurut laporan The Guardian, pada hari Senin, 24 Agustus 2020, Perdana Menteri China, Li Keqiang, mengatakan China akan memprioritaskan negara-negara dari wilayah Mekong — yang meliputi Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam — ketika mereka memulai produksi vaksin internasional. Li mengatakan pada pertemuan online para pemimpin Kerjasama Lancang-Mekong, China juga akan menyiapkan “dana kesehatan masyarakat khusus” untuk wilayah tersebut.

Pada bulan Juni, presiden China, Xi Jinping, mengatakan pada pertemuan puncak negara-negara Afrika bahwa mereka akan menjadi orang pertama yang mendapat manfaat dari vaksin yang dikembangkan China, sementara kementerian luar negeri China dilaporkan telah menjanjikan akses awal kepada Filipina. Pengembang vaksin terkemuka telah membuat perjanjian dengan Pakistan, Indonesia dan Brazil. Pada Juli, China juga mengumumkan pinjaman 1 miliar dolar AS ke negara-negara Amerika Latin untuk akses vaksin.

Pada bulan Juni, pemerintah China meminta sukarelawan di antara karyawan perusahaan milik negara yang sering bepergian ke luar negeri untuk menguji dua vaksin.

China National Biotec Group (CNBG) milik negara, juga telah mendapat persetujuan untuk memulai pengujian vaksin pada manusia di Uni Emirat Arab, Bahrain, Peru, Maroko, dan Argentina, dan perusahaan tersebut mengatakan sekitar 20.000 orang ikut serta dalam uji coba di luar negeri. SinoVac dan CanSino Biologics juga melakukan uji coba di luar negeri, seperti di Rusia, Indonesia, dan Brasil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Capai Titik Tertinggi, Indonesia Melihat Lonjakan Dramatis Pasien COVID-19 yang Sembuh

Pemerintah Mulai Transfer Bantuan Tunai Rp66,5 Triliun untuk Pegawai dan Pelaku UMKM, Lebih Cepat dari Jadwal!