in ,

China Jadi Negara Termahal untuk Membesarkan Anak, Biayanya Hingga Rp 1,47 Miliar

Akibatnya perempuan menjadi malas memiliki anak

CakapCakapCakap People! China menjadi salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak. Akibatnya perempuan menjadi malas memiliki anak di saat China sedang bergulat dengan krisis populasi.

Studi yang dirilis pada hari Rabu, 21 Februari 2024, oleh YuWa Population Research Institute yang berbasis di China , menemukan bahwa rata-rata biaya untuk membesarkan anak sejak lahir hingga usia 17 tahun adalah sekitar US$ 74.800 atau setara Rp 1,16 miliar. Jumlahnya membengkak menjadi US$ 94.500 atau setara Rp 1,47 miliar untuk membesarkan anak hingga mendapat gelar sarjana.

China Jadi Negara Termahal untuk Membesarkan Anak, Biayanya Hingga Rp 1,47 Miliar
Ilustrasi

Biaya membesarkan anak hingga usia 18 tahun di China adalah 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan PDB per kapita negara tersebut. Biaya di China sedikit lebih murah dibandingkan Korea Selatan, yang memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia. Biaya membesarkan anak di Korea Selatan adalah 7,79 kali PDB per kapita.

Sebagai perbandingan, laporan tersebut menyatakan bahwa biaya di Australia hanya 2,08 kali PDB per kapita, 2,24 kali di Perancis, 4,11 kali di Amerika Serikat, dan 4,26 kali di Jepang. “Karena alasan-alasan seperti tingginya biaya melahirkan dan kesulitan bagi perempuan untuk menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, keinginan masyarakat China untuk memiliki anak hampir merupakan yang terendah di dunia,” kata laporan itu. “Tidak berlebihan jika menggambarkan situasi kependudukan saat ini sebagai penurunan jumlah kelahiran.”

Populasi China telah menyusut selama dua tahun terakhir. Pada 2023 adalah tahun dengan angka kelahiran terendah selama berdirinya negara komunis China pada 1949. Tahun lalu, India menggantikan China sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia.

Semakin banyak perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak karena tingginya biaya perawatan anak, dan keengganan untuk menikah atau menunda karir mereka, sementara diskriminasi gender masih merajalela. Perempuan umumnya mengalami pengurangan 2.106 jam kerja ketika mengasuh anak berusia 0-4 tahun dan menghadapi perkiraan kehilangan upah sebesar 63.000 yuan (US$ 8.700) pada periode tersebut, kata laporan itu. Patokannya adalah menggunakan ukuran upah per jam sebesar 30 yuan.

Memiliki anak juga akan menyebabkan penurunan upah perempuan sebesar 12-17 persen, kata laporan itu. Waktu senggang akan dikurangi 12,6 jam untuk ibu dengan satu anak berusia 0-6 tahun dan 14 jam untuk dua anak.

“Ada kepentingan mendesak di tingkat nasional untuk memperkenalkan kebijakan mengurangi biaya melahirkan anak sesegera mungkin,” kata YuWa.

Pemerintah perlu memberikan subsidi tunai dan pajak, peningkatan layanan penitipan anak, cuti melahirkan dan cuti ayah yang setara, akses terhadap pengasuh anak dari luar negeri, memungkinkan kerja dan pemberian yang fleksibel. Perempuan lajang juga semestinya mempunyai hak reproduksi yang sama dengan perempuan menikah.

Langkah-langkah tersebut dapat meningkatkan angka kelahiran baru menjadi sekitar 3 juta, kata laporan itu.

“Jika tingkat kesuburan yang sangat rendah saat ini tidak dapat ditingkatkan, populasi China akan menurun dengan cepat dan menua, yang akan berdampak negatif pada inovasi dan kekuatan nasional secara keseluruhan,” katanya.

 

CNN | REUTERS | TEMPO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Angka Bunuh Diri di Korea Selatan Terus Naik, Peringkat Pertama di Antara Negara Maju

Angka Bunuh Diri di Korea Selatan Terus Naik, Peringkat Pertama di Antara Negara Maju

Odysseus Jadi Pesawat Ruang Angkasa Swasta Pertama yang Mendarat di Bulan

Odysseus Jadi Pesawat Ruang Angkasa Swasta Pertama yang Mendarat di Bulan