CakapCakap – Cakap People! Hampir 600 anak dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat dengan sindrom inflamasi langka yang terkait dengan virus corona baru selama empat bulan masa puncak pandemi. Demikian diungkapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) dalam sebuah laporan pada hari Jumat, 7 Agustus 2020.
Mengutip Reuters, Sabtu, 8 Agustus 2020, sindrom inflamasi multisistem (Multisystem inflammatory syndrome / MIS-C) adalah kondisi langka namun parah yang memiliki gejala serupa dengan schock toksik dan penyakit kawasaki, termasuk demam, ruam, kelenjar bengkak, dan dalam kasus yang parah ada peradangan jantung.
Gejala ini telah dilaporkan pada pasien anak-anak dan remaja sekitar dua hingga empat minggu setelah timbulnya COVID-19.
Dalam laporan CDC menyebutkan, dengan meningkatnya kasus COVID-19, kemungkinan ada peningkatan kejadian MIS-C, tetapi mungkin tidak segera terlihat karena keterlambatan perkembangan gejala.
Pada Mei, CDC menerbitkan peringatan kesehatan dengan rincian bagaimana MIS-C bermanifestasi pada pasien, dan meminta dokter untuk melaporkan kasus yang dicurigai di AS ke departemen kesehatan lokal dan negara bagian.
Pada 29 Juli, departemen kesehatan negara bagian di seluruh negeri melaporkan total 570 pasien MIS-C yang didiagnosis dengan penyakit tersebut dari 2 Maret hingga 18 Juli.
Dalam laporan CDC menyebutkan, di antara kasus MIS-C, semua pasien dinyatakan positif COVID-19 dan 10 meninggal.
Data tersebut konsisten dengan dua penelitian AS yang diterbitkan pada bulan Juni dan beberapa laporan tentang sindrom tersebut di antara pasien Covid-19 di Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris.
Laporan tersebut, kata CDC, menyoroti perlunya kesadaran yang lebih besar di antara penyedia layanan kesehatan, karena membedakan pasien dengan MIS-C dari mereka dengan Covid-19 akut dan kondisi hiperinflamasi lainnya sangat penting untuk pengenalan dini, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat saat ini telah mencatatkan kasus virus corona baru mencapai 5 juta orang dengan lebih dari 160 ribu kematian akibat COVID-19 tersebut. Sejauh ini, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus dan kematian tertinggi di seluruh dunia. Sementara itu, Brasil menyusul di tempat kedua.
*Foto via Elite Readers