CakapCakap – Cakap People! Badan administrasi Amerika Serikat (AS) yang bertanggungjawab memproses aplikasi imigrasi mengatakan pada hari Selasa, 25 Agustus 2020 bahwa mereka telah menghindari cuti yang direncanakan dari 70 persen stafnya.
Badan ini juga memperingatkan bahwa mereka masih menghadapi kesulitan keuangan yang dapat mengakibatkan beberapa pelamar visa akan mengalami waktu tunggu yang lebih lama.
Melansir Reuters, Rabu, 26 Agustus 2020, Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (USCIS), badan yang bertanggungjawab atas pemrosesan izin kerja, yang disebut kartu hijau dan visa lainnya, mengatakan bahwa mereka telah menghindari cuti yang direncanakan pada 30 Agustus.
Namun pemotongan belanja agresif yang direncanakan badan tersebut akan diberlakukan. Hal ini akan berdampak pada semua operasi, termasuk naturalisasi, demikian pernyataan USCIS.
USCIS bergantung pada biaya dari aplikasi imigrasi baru. Badan tersebut melaporkan penurunan pendapatan dari biaya sebesar 50 persen pada bulan Juni karena berkurangnya imigrasi selama pandemi virus corona baru.
Namun, para ahli imigrasi dan mantan pejabat mengatakan, sebelum dimulainya pandemi pendapatan badan tersebut telah turun tajam sebagai akibat dari perlambatan dalam pemrosesan dan batasan lain yang diberlakukan pada aplikasi imigrasi.
Presiden AS, Donald Trump, telah menjadikan pembatasan imigrasi sebagai prioritas selama hampir 3,5 tahun menjabat.
Deputi Direktur Kebijakan USCIS Joseph Edlow juga memperingatkan dalam sebuah pernyataannya, tidak ada jaminan badan tersebut dapat menghindari cuti di masa depan dan meminta Kongres AS untuk memastikan bahwa badan tersebut memiliki dana yang cukup untuk tahun fiskal 2021, yang dimulai pada bulan Oktober.
USCIS telah meminta dana talangan sebesar US$ 1,2 miliar dari Kongres pada Mei untuk menghindari cuti yang diproyeksikan, tetapi anggota parlemen menolak. Alasannya, badan tersebut masih memiliki dana yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasi selama tahun fiskal.
COVID-19 di AS
AS masih mencatatkan diri sebagai negara dengan kasus dan kematian COVID-19 tertinggi di dunia saat ini, dengan melaporkan lebih dari 5,7 juta orang yang terinfeksi dan lebih dari 178.000 orang meninggal dunia saat artikel ini diturunkan.
Dalam update data mingguan epidemiologi WHO yang diterbitkan, Senin malam, 24 Agustus 2020, mengungkapkan bahwa separuh kasus dan 62 persen kematian akibat COVID-19 secara global berasal dari AS sejauh ini.