in ,

Brexit: Gagal Wujudkan Inggris Keluar dari Uni Eropa, Perdana Menteri (PM) Theresa May Mundur!

CakapCakap – Tak mampu mewujudkan Inggris keluar dari Uni Eropa, atau yang lebih dikenal dengan British Exit (Brexit), Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May akan mundur dari jabatannya.

Melansir BBC, Jumat, 24 Mei 2019, Theresa May mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif pada tanggal 7 Juni. Namun, May akan tetap menduduki kursi perdana menteri sampai penggantinya ditetapkan.

Theresa May. (Foto: Reuters)

Di Inggris, ketua partai yang berkuasa secara otomatis menjadi perdana menteri. Proses pemilihan ketua Partai Konservatif dijadwalkan akan dilakukan seminggu setelah pengunduran diri May.

Langkah ini ditempuh menyusul paket usulannya untuk mewujudkan hasil referendum bahwa Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit ditolak tiga kali di parlemen. Sejumlah anggota parlemen dari partainya juga sudah mengundurkan diri, termasuk yang terbaru Andrea Leadsom yang mundur dari jabatannya sebagai ketua Majelis Rendah Parlemen Inggris.

Theresa May Adalah Perdana Menteri Perempuan Kedua

Theresa May mengatakan “sangat disesalkan” bahwa ia tak mampu mewujudkan Brexit. Namun pemilihan perdana menteri baru merupakan langkah terbaik bagi Inggris.

Theresa May Umumkan Mundur. (Foto: Neil Hall/EPA)

Ketika berpidato, suara Theresa May tertahan menahan tangis sambil mengatakan ia merasa beruntung dapat mengabdi kepada negara yang ia cintai.

Pada akhir pidatonya, suara Theresa May bergetar, “Sebentar lagi saya akan meninggalkan pekerjaan saya yang merupakan kehormatan dalam hidup saya.”

“Perdana menteri perempuan kedua, tetapi tentu saja bukan yang terakhir.”

Sebelum May, Inggris memiliki perdana menteri perempuan, Margaret Thatcher, juga berasal dari Konservatif.

Theresa May menjadi perdana menteri Inggris tahun 2016, menggantikan David Cameron. Ia menduduki jabatan itu tanpa melalui pemilihan umum tetapi dengan cara menggusur David Cameron sebagai pemimpin Konservatif.

Keputusan Theresa May untuk menggelar pemilu yang dipercepat tahun 2017 justru memberikan pukulan, sebab kursi parlemen yang diduduki Partai Konservatif berkurang dibanding jumlah hasil pemilu sebelumnya.

Sebelum menjadi perdana menteri, May menjabat sebagai menteri dalam negari selama enam tahun.

Theresa May kembali masuk ke 10 Downing Street setelah menyampaikan pidato pengunduran dirinya. (Foto: Reuters)

Calon Pengganti Theresa May

Sejumlah anggota parlemen dari Partai Konservatif sudah mengungkapkan keinginan untuk merebut pos tertinggi di partai berkuasa yang kemudian akan menjadi perdana menteri baru Inggris. Mereka akan dipilih dalam kontes internal partai.

Sosok yang difavoritkan adalah mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson. Ia merupakan salah satu figur yang bersikeras membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, bahkan sekalipun keluar tanpa kesepakatan. Ia memainkan peran penting dalam kampanye referendum tahun 2016.

Boris Johnson mundur sebagai menteri luar negeri karena tidak setuju dengan cara penanganan Brexit yang ditempuh Theresa May.

Calon-calon lain terdiri dari anggota parlemen pro-Brexit garis keras, tetapi juga mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Uni Eropa.

Bagaimana Kelanjutan Brexit Jika Theresa May Mundur?

Belum diketahui seperti apa kelanjutan Brexit berikutnya. Hal itu tergantung pada siapa yang akan menggantikan Theresa May sebagai Perdana Menteri.

Jika pendukung Brexit yang kuat menang, mereka mungkin akan lebih berkeras agar Inggris keluar dari Uni Eropa sebelum batas waktu 31 Oktober nanti, atau bahkan tetap akan keluar meski tidak ada kesepakatan dengan Uni Eropa (UE).

Namun, jika yang terpilih menggantikan Theresa May adalah dari anggota parlemen yang memiliki kedekatan dengan Uni Eropa, disebut-sebut mereka akan tetap dalam referendum 2016 — beberapa menentang Brexit tanpa kesepakatan, dan terbuka untuk Inggris yang lebih dekat dengan Uni Eropa setelah mereka pergi.

Siapa pun yang menang akan menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami oleh Theresa May — fakta bahwa tampaknya tidak ada mayoritas di Parlemen untuk opsi Brexit tunggal.

Faktanya, anggota parlemen telah mencoba untuk “mengambil kendali” dari proses Brexit dengan mengadakan serangkaian suara tidak mengikat tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah — tetapi semua opsi, mulai dari mencabut Brexit hingga memungkinkan keluarnya kesepakatan, menjadi pilihan.

Yang jelas adalah bahwa akan ada periode ketidakpastian lebih lanjut — inilah yang banyak dikesalkan oleh pemimpin Uni Eropa.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker bahkan menuduh anggota parlemen Inggris merasa “lebih penting untuk menggantikan perdana menteri daripada menemukan kesepakatan di antara mereka sendiri”. “Saya sudah muak karena kita [hanya] menunggu perpanjangan berikutnya,” katanya kepada CNN, Rabu.

3 Comments

Leave a Reply

3 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

  3. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cuma 3 Menit, Begini Cara Memutihkan Gigi Kuning dengan Pasta Lemon

BMW Indonesia Siap Hadirkan Mobil Listrik BMW i3S, Ini Bocorannya!