CakapCakap – Cakap People! BioNTech mengatakan pada Kamis, 20 Mei 2021, bahwa vaksin COVID-19 yang dikembangkannya dengan Pfizer kira-kira sama efektifnya melindungi terhadap varian virus corona baru yang pertama kali terdeteksi di India karena telah terbukti melawan varian yang pertama kali terdeteksi diAfrika Selatan.
The Straits Times melaporkan, pihak perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan, CEO BioNTech Ugur Sahin merasa terdorong oleh temuan baru-baru ini dalam sebuah makalah ilmiah berdasarkan analisis darah individu yang divaksinasi, yang menunjukkan bahwa antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin tersebut mampu menetralkan varian B1617.
Sejak tes darah pada varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan menunjukkan hasil yang serupa, data real world yang menjanjikan tentang keefektifan vaksin terhadap varian sekitar 75 persen membuatnya percaya bahwa keefektifan aktualnya terhadap varian yang pertama kali terdeteksi di India “mungkin berada dalam kisaran yang sama”.
“Sejauh ini kami memiliki kesempatan untuk menguji vaksin kami terhadap lebih dari 30 varian virus. Sejauh ini terbukti efektif melawan mutasi,” kata Sahin sebelumnya, berbicara di televisi Turki.
Sahin yang merupakan seorang ilmuwan Jerman dengan orang tua Turki, berbicara dalam bahasa Turki setelah menghadiri pertemuan dewan sains pemerintah Turki.
“Kami mengharapkan (vaksin kami) bisa melindungi dari infeksi 70 persen hingga 75 persen,” katanya di TV, dalam apa yang kemudian dikatakan perusahaan mengacu pada varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan tidak langsung ke varian pertama yang terdeteksi di India.
Sejak varian COVID-19, yang dikenal sebagai B1617.2, pertama kali diidentifikasi di India, virus itu telah merusak negara itu dan menyebar ke setidaknya 26 negara dari 53 di Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, kata WHO.
Direktur regional WHO Eropa Hans Kluge mengatakan pada hari Kamis bahwa vaksin COVID-19 yang diberikan di Eropa, termasuk suntikan Pfizer-BioNTech, tampaknya mampu melindungi dari varian virus yang beredar yang menyebabkan kekhawatiran karena lebih mudah ditularkan.
Sahin berbicara dengan Menteri Kesehatan Turki Fehrettin Koca, yang secara terpisah mengatakan negara itu mencatat kurang dari 10.000 kasus virus corona baru setiap hari untuk pertama kalinya sejak 1 Maret.
Turki, yang secara singkat berada di urutan kedua secara global bulan lalu dalam infeksi baru, menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech serta suntikan Bioteknologi Sinovac China dalam program vaksinasi.