CakapCakap – Cakap People! Sebuah penelitian baru mencoba menguji gagasan yang banyak didengungkan sepanjang sejarah manusia, bahwa “uang tidak dapat membeli kebahagiaan”. Hasilnya, penelitian yang dilakukan oleh peneliti kebahagiaan Matthew Killingsworth itu menyimpulkan bahwa gagasan itu kemungkinan salah.
“Apakah ada titik di mana lebih banyak uang tidak lagi dikaitkan dengan kebahagiaan yang lebih besar?” demikian Killingsworth, seorang peneliti senior di Wharton School, Universitas Pennsylvania, memulai makalahnnya, yang sejauh ini belum mendapat tinjauan sejawat.
“Dalam penelitian terkini, saya menemukan bahwa kebahagiaan meningkat secara stabil setidaknya melalui pendapatan ratusan ribu dolar per tahun. Namun, apa yang terjadi setelah itu – apakah kebahagiaan mencapai titik jenuh, menurun, atau terus meningkat?”
Menurut penelitian Killingsworth, yang dilakukan dengan membandingkan data dari tiga kelompok – satu kelompok terdiri dari lebih dari 33.000 orang dengan pendapatan minimal USD10.000, dan dua kelompok lainnya yang mensurvei individu yang sangat kaya dengan kekayaan bersih jutaan dolar – Killingsworth menarik kesimpulan yang disayangkan bukannya tidak terduga bahwa orang super kaya seperti Elon Musk, mungkin lebih bahagia dari orang biasa.
Orang kaya “secara substansial dan secara statistik jauh lebih bahagia daripada orang yang berpenghasilan lebih dari USD500.000 (per tahun),” tulis Killingsworth sebagaimana dilansir IFL Science.
“Selain itu, perbedaan antara peserta kaya dan menengah hampir tiga kali lebih besar daripada perbedaan antara peserta menengah dan rendah, bertentangan dengan gagasan bahwa orang berpenghasilan menengah hampir mencapai puncak kurva kebahagiaan uang.”
“Terakhir, ukuran absolut perbedaan kebahagiaan antara orang terkaya dan termiskin sangat besar,” lanjutnya. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif antara uang dan kebahagiaan terus berlanjut hingga ke jenjang ekonomi yang lebih tinggi, dan bahwa besarnya perbedaan tersebut bisa sangat besar.”
Meskipun hasil penelitian ini kurang menyenangkan bagi sekira 99 persen populasi dunia, Killingsworth menafsirkan hasil penelitian dengan cara yang lebih optimis.
“Jika kebahagiaan benar-benar mencapai titik jenuh pada tingkat kekayaan atau pendapatan yang sederhana, orang mungkin berpendapat bahwa hal ini akan menyederhanakan kehidupan manusia: Setiap orang hanya perlu mendapatkan ‘cukup’ dan kemudian secara rasional dapat mengalihkan semua perhatian mereka ke hal-hal selain uang,” tulisnya.
Namun jika demikian halnya, ia menunjukkan, itu berarti setidaknya satu dari dua hal yang salah: orang-orang tidak mampu, bahkan di eselon kekayaan tertinggi, untuk mencari tahu hal-hal apa yang akan membuat mereka bahagia – atau hal-hal tersebut tidak ada sama sekali.
Menurut Killingsworth, korelasi antara kekayaan dan kebahagiaan ini lebih dalam dari yang terlihat. Hal ini, menurutnya, bukan sekedar mengenai Orang-orang yang lebih kaya dapat membeli lebih banyak barang material, melainkan lebih berkaitan dengan rasa aman yang diberikan oleh simpanan uang yang lebih besar.
“Perasaan kontrol yang lebih besar terhadap hidup dapat menjelaskan sekira 75 persen hubungan antara uang dan kebahagiaan,” kata Killingsworth kepada The Guardian. “Jadi, menurut saya, sebagian besar dari apa yang terjadi adalah, ketika orang memiliki lebih banyak uang, mereka memiliki lebih banyak kontrol atas hidup mereka. Lebih banyak kebebasan untuk menjalani kehidupan yang mereka inginkan.”
Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!