in ,

Benarkah Pakai Kacamata Bisa Melindungi Diri dari Virus COVID-19? Berikut Penjelasannya

“Kami tentu membutuhkan lebih banyak data sebelum memberi saran apa pun tentang memakai masker dan kacamata,” ujar Kolstoe

CakapCakapCakap People! Para peneliti di China telah menemukan bahwa orang-orang yang memakai kacamata berisiko lebih rendah tertular COVID-19. Penelitian yang diterbitkan di JAMA Ophthalmology itu memperhatikan bahwa sejak wabah virus corona di Wuhan pada Desember 2019, hanya sedikit pasien berkacamata yang dirawat di rumah sakit karena menderita COVID-19.

Untuk penyelidikan lebih lanjut, para peneliti mengumpulkan data tentang pemakaian kacamata dari semua pasien dengan COVID-19 sebagai bagian dari riwayat kesehatan mereka.

Studi kecil mereka menemukan hanya 5,8 persen atau 16 dari 276 pasien, yang dirawat dengan COVID-19, yang memakai kacamata selama lebih dari delapan jam sehari.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Ketika mereka menentukan semua pasien ini rabun dekat, mereka selanjutnya mencari proporsi orang dengan miopia (rabun dekat) di Provinsi Hubei, di mana rumah sakit itu berada. Dalam penyelidikannya, mereka menemukan data yang lebih besar yaitu 31,5 persen.

Melansir Science Alert, Simon Kolstoe, dosen senior di Perawatan Kesehatan Berbasis Bukti dan Penasihat Etika Universitas di Universitas Portsmouth, menyebut penelitian ini sebagai pengamatan yang menarik. Namun seperti semua penelitian tunggal, hasilnya harus diperlakukan dengan hati-hati.

Meskipun pelindung mata selalu menjadi komponen penting dari alat pelindung diri (APD), besarnya perbedaan yang dilaporkan oleh penelitian ini menimbulkan kecurigaan.

“Ini bukan untuk mengatakan hasilnya mungkin tidak nyata. Tetapi kita tidak boleh mulai menyarankan perubahan perilaku berskala besar (seperti memakai kacamata bersama dengan masker wajah kita) sampai sudah dikonfirmasi secara independen,” kata Kolstoe.

Kolstoe menjelaskan salah satu langkah kunci untuk infeksi virus adalah masuk ke dalam tubuh. Sementara sebagian besar tubuh kita ditutupi dengan kulit pelindung, yang sangat efektif untuk mencegah virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh kita. Dia juga menyebut adanya “selaput” yang menutupi saluran udara yang terdapat pada sistem pencernaan dan mata kita.

“Peran selaput tipis ini adalah untuk memungkinkan benda-benda eksternal seperti oksigen, makanan, dan dalam kasus mata, cahaya masuk ke dalam tubuh kita, dan sayangnya, virus telah belajar memanfaatkan titik masuk ini,” jelasnya.

“Inilah alasan APD dirancang untuk melindungi titik masuk ini, melalui penggunaan masker wajah, kacamata, dan pakaian pelindung,” imbuh Kolstoe.

Ilustrasi virus corona. [Foto: CNN]

Namun selain masuk melalui udara sebagai aerosol, cara utama partikel virus mencapai tubuh sebenarnya melalui tangan. Maka dari itu ada anjuran COVID-19 untuk sering mencuci tangan selama 20 detik atau lebih dan hindari menyentuh wajah.

“Oleh karena itu, masuk akal bahwa menutup mata dengan kacamata dapat memberikan perlindungan ekstra, baik dari virus yang mungkin terbawa napas orang lain, tetapi juga untuk mencegah pemakainya menyentuh mata mereka,” ujarnya.

Jadi, menurutnya, meskipun studi baru ini sangat menarik, ada banyak alasan untuk berhati-hati dengan hasil ini.

“Kami tentu membutuhkan lebih banyak data sebelum memberi saran apa pun tentang memakai masker dan kacamata,” ujar Kolstoe menambahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Singapura, Helsinki, dan Zurich Dinobatkan Jadi Kota Terpintar Teratas di Dunia

Sutradara James Cameron: Syuting Film Avatar 3 Hampir Selesai