in ,

Bekerja Jadi Tukang Sampah, Pemuda Ini Akhirnya Jadi Mahasiswa Hukum Harvard

Hari ini, Rehan bukan hanya lulusan perguruan tinggi saja, tetapi akan menuju Harvard Law School musim gugur tahun ini.

CakapCakapCakap People! Seperti kata pepatah lama, ‘di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan’. Meskipun kadang-kadang menghadapi tantangan yang luar biasa, mereka yang cukup bertekad akan selalu menemukan cara untuk mencapai tujuan mereka, terlepas dari seberapa menantangnya perjalanan mereka. Dan yang paling pasti bahwa ada kisah seorang pemuda yang berhasil mendaftar ke salah satu sekolah hukum paling bergengsi di Amerika Serikat berkat kerja keras.

Lulusan perguruan tinggi dari Maryland ini telah diterima di Harvard Law School setelah kesulitan yang terus-menerus dan hampir membuatnya meninggalkan sekolah.

Rehan Staton, 24 tahun, (kiri), bersama kakaknya, Reggie Staton, 27 tahun, memegang surat penerimaannya ke Harvard Law School.

Setelah lulus sekolah menengah, masalah keuangan, sakit, dan cedera olahraga yang parah membuat Rehan Staton yang berusia 18 tahun frustrasi dan kelelahan ketika ia bekerja untuk menghidupi saudara lelaki dan ayahnya.

Namun, baik keluarganya maupun rekan kerjanya di perusahaan sanitasi Bates Trucking & Trash Removal tidak bisa melihatnya menyerah pada dirinya sendiri.

Hari ini, Rehan bukan hanya lulusan perguruan tinggi saja, tetapi akan menuju Harvard Law School musim gugur tahun ini.

Terlahir dari keluarga kelas menengah, kehidupan seorang Rehan Staton yang berusia 24 tahun ini jelas normal sampai ibunya meninggalkan keluarga mereka ketika ia baru berusia delapan tahun untuk pindah dari Amerika. Ditinggal bersama dua putra mudanya, ayah Rehan dihadapkan pada kesulitan membesarkan mereka berdua dengan penghasilan sebagai single parent.

Dilahirkan dan dibesarkan di Bowie, Maryland, Rehan dan keluarganya akhirnya menghadapi ketidakstabilan keuangan setelah ayahnya, yang telah berganti-ganti pekerjaan, berjuang untuk membayar rumah dan tagihan mereka yang menumpuk. Keluarga itu akhirnya mengalami kesulitan ekonomi dan tidak tahu apakah besok bisa makan atau tidak.

“Saya tidak makan setiap hari dan ayah saya bekerja sepanjang waktu,” kenangnya.

“Terkadang tidak ada listrik di rumah.”

Rehan Staton saat berusia delapan tahun.

Meskipun begitu, Rehan ikut menjadi atlet di sekolah dan mulai berlatih seni bela diri. Namun, nilai akademiknya buruk akibat situasi ekonomi di rumah yang berantakan. Bahkan, nilainya mencapai titik di mana salah satu gurunya bahkan menyarankan agar ia bergabung dengan kelas perbaikan, menurut laporan CNN.

Tidak ingin melihat nilai putranya turun lebih jauh, ayah Rehan secara ajaib menemukan seorang guru yang bekerja sebagai insinyur ruang angkasa untuk membantu tugas sekolahnya pada siang hari. Akhirnya, pada akhir tahun akademik itu, nilai-nilai Rehan tidak hanya meningkat secara substansial, ia bahkan masuk dan meraih Honor Roll.

“Guru yang menyarankan saya ditempatkan di pendidikan khusus sebenarnya menulis surat permintaan maaf kepada ayah saya.” dia menambahkan.

Rehan Staton saat merayakan kemenangannya ketika jadi atlet.

Dengan keberhasilan akademis yang baru dicapainya, Rehan terus belajar dan berlatih untuk menjadi petinju profesional, sampai akhirnya cedera kedua bahunya harus mematahkan mimpinya. Tidak ingin berakhir tanpa tujuan, ia membuat titik untuk mencoba dan mendaftar ke sejumlah perguruan tinggi yang berbeda, tetapi berakhir dengan penolakan.

“Jadi, saya akhirnya bekerja sebagai tukang sampah.”

Dipekerjakan sebagai tukang sampah di bawah perusahaan Bates Trucking & Trash Removal, rekan-rekannya, banyak dari mereka telah menjalani hukuman di penjara, akhirnya mendukung dia dan mendorong putra pendiri perusahaan itu untuk membantunya. Dengan bantuan tersebut, ia berhasil mendaftar ke Bowie State University pada 2014, dan meraih IPK 4,0 luar biasa. Pada 2016, ia pindah ke University of Maryland, tempat ia bertekad untuk praktik hukum.

Rehan Staton (kiri) bersama kakaknya, Reggie Staton, ketika mereka berdua bekerja jadi tukang sampah di Bates Trucking Trash Removal Inc.

Mengambil Tes Penerimaan Sekolah Hukum (Law School Admissions Test – (LSAT)), ia melamar ke sembilan sekolah hukum dan akhirnya berhasil diterima di lima sekolah dan sisanya masuk daftar tunggu. Di antara sekolah-sekolah tempat ia diterima termasuk di antaranya adalah Harvard Law School, yang merupakan cabang pendidikan hukum lembaga Ivy League Amerika Serikat yang sangat bergengsi dan diidamkan, menurut laporan CBS News, Rabu, 8 Juli 2020.

“Sepanjang waktu ini, orang-orang bertanya kepada saya, ‘Bagaimana kamu bisa melakukannya?’ Lebih dari itu, bagaimana mungkin saya tidak melakukannya ketika semua orang mematahkan punggung saya, dan mendorong saya untuk menang,” katanya.

Cakap People! Ini benar-benar menunjukkan bahwa dengan kerja keras, tekad dan sistem pendukung yang baik, the sky truly is the limit! Semoga kisah-kisah seperti Rehan ini akan terus menginspirasi liga-liga anak muda lain untuk mencapai impian mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hong Kong Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19 Setelah 20 Kasus Baru

Cara Melindungi Diri Agar Aman Saat Bepergian di Tengah Pandemi