CakapCakap – Cakap People! Bank Sentral Rusia memangkas suku bunga utamanya sebesar 150 basis poin menjadi 8 persen pada Juli, jauh di atas perkiraan pasar untuk pengurangan yang lebih kecil sebesar 50 basis poin dan itu membawa suku bunga negara itu di bawah tingkat sebelum perang di Ukraina.
Setelah keputusan tersebut, nilai rubel kehilangan nilai terhadap dolar AS sebanyak 2,6 persen.
“Lingkungan eksternal untuk ekonomi Rusia tetap menantang dan secara signifikan membatasi aktivitas ekonomi,” kata Bank Sentral Rusia dalam sebuah pernyataan.
Namun, penurunan aktivitas bisnis lebih lambat dari yang diharapkan bank pada Juni.
“Tingkat pertumbuhan harga konsumen saat ini tetap rendah, berkontribusi pada perlambatan lebih lanjut dalam inflasi tahunan,” tambah bank itu.
Pada Juni, inflasi tahunan Rusia berkurang menjadi 15,9 persen setelah mencapai 17,1 persen pada bulan Mei.
Menurut perkiraan bank sentral, inflasi tahunan akan turun menjadi 12-15 persen pada 2022, menjadi 5-7 persen pada 2023, dan kembali ke 4 persen pada tahun 2024.
Kondisi moneter terus mereda, tetapi secara umum tetap ketat karena ekspektasi inflasi menurun, kata bank sentral Rusia.
Menyoroti pergerakan ekonomi dan inflasi sangat bergantung pada keputusan kebijakan fiskal, bank Rusia itu mengatakan bahwa mereka telah mempertimbangkan langkah-langkah yang sudah berlaku terkait dengan jalur pengeluaran jangka menengah dari anggaran federal dan sistem fiskal secara keseluruhan.
Dalam kasus ekspansi defisit anggaran lebih tinggi, Bank Sentral Rusia mengatakan kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke target 2024 dan menjaganya tetap mendekati 4 persen.
Sementara itu, Gubernur bank tersebut Elvira Nabiullina mengatakan kepada wartawan di Moskow bahwa data yang masuk menunjukkan bahwa penurunan ekonomi akan lebih lama dan mungkin kurang mendalam.
Bank memilih penurunan suku bunga terdalam, kata Nabiullina.
“Situasi ekonomi tergantung bagaimana perusahaan menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah. Penyesuaian ini sangat tidak merata antar daerah, industri bahkan perusahaan individu dalam sektor yang sama,” ujar dia.
Memperhatikan kekuatan rubel telah memengaruhi persepsi harga dan sikap rumah tangga terhadap pembelian, dia mengatakan, “Ini terbukti dari perubahan ekspektasi inflasi. Pada Juli, mereka turun tipis menjadi 10,8%, yang merupakan level terendah sejak Maret 2021.”
“Orang-orang percaya bahwa harga saat ini untuk banyak barang terlalu tinggi dan sedang menunggu penurunannya. Ekspektasi harga jangka pendek perusahaan terus menurun,” pungkas dia.