in ,

Bandara Muan Punya Tingkat Serangan Burung yang Tinggi, Apa Sebabnya?

Seberapa tinggi insiden tabrakan burung di Korea Selatan?

CakapCakap Cakap People! Seluruh 175 penumpang dan empat dari enam kru pesawat tewas ketika pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air mendarat darurat dan tergelincir keluar dari ujung landasan pacu di Bandara Muan, dan meletus menjadi bola api saat menabrak dinding. Dua awak pesawat berhasil dikeluarkan dalam keadaan hidup.

Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, pada Senin memerintahkan inspeksi keselamatan darurat terhadap seluruh operasi maskapai penerbangan di negara tersebut. Sementara itu, para penyelidik bekerja untuk mengidentifikasi para korban dan mencari tahu apa yang menyebabkan terjadinya bencana udara paling mematikan di Korea Selatan, Reuters melaporkan.

Bandara Muan Punya Tingkat Serangan Burung yang Tinggi, Apa Sebabnya?
Puing-puing pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, 30 Desember 2024. REUTERS/Kim Hong-Ji

Bandara Internasional Muan, tempat jatuhnya pesawat jet penumpang Jeju Air, ternyata memiliki tingkat serangan burung tertinggi di antara 14 bandara regional di Korea, kata anggota parlemen dari partai oposisi pada Senin, 30 Desember 2024, seperti dikutip The Korea Times.

Seberapa tinggi insiden tabrakan burung di Korea Selatan?

Menurut data Korea Airports Corp. yang diserahkan kepada Lee Yeon-hee dari oposisi utama Partai Demokrat Korea, total 559 insiden tabrakan burung terjadi di 14 bandara regional yang dikelola oleh perusahaan milik negara dari 2019 hingga Agustus tahun ini.

Cerita Korban Selamat Pesawat Azerbaijan Airlines, Sempat Mendengar Ledakan Sebelum Jatuh
Bandara Internasional Gimhae memiliki jumlah serangan burung tertinggi yaitu 147, diikuti oleh Gimpo dengan 140, Jeju dengan 119, Daegu dengan 38, dan Cheongju dengan 33.

Di Muan, total ada 10 insiden tabrakan burung yang terjadi. Namun, ketika mempertimbangkan tingkat kejadian relatif terhadap jumlah total penerbangan yang dioperasikan, bandara di dekat Muan memiliki tingkat tertinggi di antara 14 bandara.

Dari Januari 2019 hingga Agustus 2024, 11.004 penerbangan dioperasikan di Muan, dengan tingkat serangan burung tercatat sebesar 0,09 persen.

Sebagai perbandingan, bandara Gimhae, yang mengalami jumlah insiden serangan burung tertinggi, memiliki tingkat kejadian yang lebih rendah yaitu 0,03 persen jika mempertimbangkan jumlah penerbangan, berada di peringkat kedelapan di antara 14 bandara.

Bandara Jeju, dengan jumlah penerbangan tertinggi yaitu 926.699 penerbangan, dan bandara Gimpo, dengan 757.479 penerbangan, memiliki tingkat kejadian yang lebih rendah, yaitu 0,01 persen dan 0,02 persen.

Tidak semua serangan burung mengakibatkan kerusakan. Dari 559 insiden, hanya 20 insiden yang diklasifikasikan sebagai penyebab kerusakan, yang berarti sekitar 3,58 persen menyebabkan kerusakan pesawat.

Namun demikian, sambaran burung masih dianggap sebagai ancaman keselamatan utama bagi pesawat terbang.

Mengapa Bandara Muan menarik begitu banyak burung?

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api pada pesawat yang mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan di Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, 29 Desember 2024. Yonhap via REUTERS

Kekhawatiran akan adanya serangan burung telah muncul sejak awal pembangunan bandara di Kabupaten Muan, Provinsi Jeolla Selatan, karena daerah tersebut, yang terletak di dekat pantai barat negara itu, memiliki dataran luas dan dataran lumpur yang menarik banyak burung yang bermigrasi.

Menurut laporan dari Korea Environment Institute, baik bandara maupun burung memiliki karakteristik yang sama dalam hal penerbangan, yang berarti bahwa area yang paling cocok untuk bandara sering kali tumpang tindih dengan area yang ideal untuk habitat burung.

Lee Geun-young, seorang profesor di Korea National University of Transportation, mengatakan, “Bandara biasanya dibangun di daerah tanpa hambatan dan gangguan kebisingan yang minimal, itulah sebabnya bandara biasanya terletak di sepanjang garis pantai, dan secara alamiah, burung-burung banyak ditemukan di daerah ini.”

Para ahli juga mengatakan bahwa tidak tepat untuk mengkritik Bandara Muan sebagai bandara yang terletak di daerah dengan jumlah burung migran yang luar biasa tinggi, mengingat Bandara Internasional Incheon, gerbang utama negara itu, dibangun di atas dataran pasang surut yang direklamasi yang juga berfungsi sebagai habitat burung migran.

Selain itu, bandara Gimpo dan Gimhae terletak di dekat area tersebut.

“Tidak benar jika dikatakan bahwa bandara di Muan sangat rentan terhadap serangan burung. Serangan burung dapat terjadi di bandara mana pun,” kata Lee, seperti dikutip The Korea Times.

Insiden serangan burung tidak hanya menjadi perhatian di Korea tetapi juga di seluruh dunia.

Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, sebanyak 97.751 serangan burung terjadi di 196 negara dari 2008 hingga 2015. Ini rata-rata sekitar 14.000 insiden per tahun.

Apakah tabrakan burung dan pesawat dapat dicegah?

Karena banyak tabrakan burung terjadi di dekat bandara, otoritas dan pengelola bandara dapat mengurangi risiko tabrakan melalui manajemen dan pengendalian burung. Hal ini melibatkan penggunaan sistem radar untuk mendeteksi keberadaan burung.

Al Jazeera melansir, selain menggunakan sistem deteksi yang lebih baik untuk memperingatkan pilot agar menyesuaikan jalur penerbangan mereka, beberapa teknik dapat digunakan untuk menakut-nakuti burung. Sinyal bahaya burung, hewan umpan, atau menggunakan suara dan lampu adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk menjauhkan burung dari pesawat yang mendekati bandara.

Para ahli konservasi juga mengadvokasi pembuatan koridor migrasi yang aman bagi burung. Koridor ini merupakan jaringan habitat yang saling terhubung yang dibuat setelah mengidentifikasi rute migrasi yang umum. Koridor-koridor ini menyediakan akses ke sumber daya yang diperlukan seperti makanan, air, dan tempat beristirahat serta membantu menjaga keanekaragaman hayati.

Pada kenyataannya, meskipun bandara-bandara telah menerapkan langkah-langkah seperti sistem deteksi radar, drone untuk mengusir burung, dan manajemen habitat, masih ada kekhawatiran bahwa solusi ini mungkin tidak sepenuhnya mengatasi akar penyebab masalah.

Hal ini menyebabkan munculnya seruan untuk melakukan langkah-langkah komprehensif, termasuk penelitian tentang ekosistem burung dan peningkatan pengelolaan lingkungan sekitar bandara, untuk secara efektif memitigasi risiko serangan burung.

 

SUMBER ARTIKEL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 Bahan Alami Ini Bisa Jadi Kolagen Alami, Apa Saja?

5 Bahan Alami Ini Bisa Jadi Kolagen Alami, Apa Saja?