CakapCakap – Cakap People! Australia tidak akan mengizinkan mahasiswa asing untuk kembali ke negara itu. Alasannya, Canberra saat ini memprioritaskan kembalinya warga Australia yang terjebak di luar negeri. Demikian disampaikan Perdana Menteri Scott Morrison pada hari Jumat, 13 November 2020.
Australia sejak Maret menutup perbatasannya untuk semua non-warga negara dan penduduk tetap dalam upaya memperlambat penyebaran COVID-19.
Dengan mahasiswa asing yang menyumbang sekitar sekitar A$ 35 miliar (US$ 25,3 miliar) setahun bagi perekonomian Australia, Canberra berharap perlahan-lahan bisa mengizinkan mahasiswa asing kembali ke Australia pada tahun 2021. Ujian dimulai awal tahun tersebut.
Tetapi dengan ribuan warga Australia yang ingin kembali, Perdana Menteri Scott Morrison tidak memiliki fasilitas karantina yang cukup.
“Ada antrean, dan warga Australia berada di depan antrean,” kata Morrison kepada wartawan di Canberra, mengutip laporan Reuters, Jumat, 13 November 2020.
Australia membatasi jumlah warga setempat yang diizinkan untuk pulang setiap minggu untuk meminimalkan risiko penyebaran COVID-19. Begitu penduduk setempat tiba, mereka memasuki karantina hotel selama dua pekan.
Australia pada hari Jumat, 13 November 2020, berada di jalur untuk mencatat hari keenam berturut-turut tanpa infeksi secara lokal. Australia telah mencatat sekitar 27.700 infeksi COVID-19 dan 907 kematian, jauh lebih sedikit daripada banyak negara maju lainnya.
Kebijakan larangan yang terus berlanjut terhadap mahasiswa asing memperdalam tekanan finansial yang dihadapi penyedia pendidikan Australia, yang diperkirakan bernilai antara A $ 3,1 miliar hingga A $ 4,8 miliar tahun ini saja, kata Catriona Jackson, Kepala Eksekutif Universitas Australia, kepada Reuters awal tahun ini.
Lembaga pendidikan Mitchell Institute awal pekan ini memperkirakan akan ada 300.000 lebih sedikit mahasiswa internasional di Australia pada Juni 2021 jika pembatasan perbatasan tetap ada. Jumlah tersebut adalah setengah dari jumlah sebelum terjadi pandemi virus corona.
Kota terpadat di Australia, Sydney diperkirakan mengalami penurunan lebih dari 70.000 mahasiswa, kata Institut Mitchell.
Beberapa universitas terkemuka telah mengumumkan PHK besar-besaran dalam upaya untuk mengurangi biaya.
Pada bulan Oktober, pemerintah Morrison mengatakan akan menghabiskan A$ 1 miliar untuk mendukung penelitian universitas di tengah penurunan jumlah mahasiswa asing.