CakapCakap – Cakap People! Amerika Serikat (AS) pada Senin, 7 Desember 2021, menyelesaikan pembangunan radar jarak jauh baru di Alaska yang dirancang untuk memberikan peringatan dini untuk rudal balistik yang masuk dari negara-negara nakal, seperti Korea Utara. Demikian disampaikan Kepala Pertahanan Rudal AS.
Wakil Laksamana Jon Hill, direktur Badan Pertahanan Rudal (Missile Defense Agency/MDA) AS, juga menjelaskan radar diskriminasi jarak jauh (LRDR) baru akan cukup kuat untuk membedakan atau mengidentifikasi objek mematikan, seperti hulu ledak, memungkinkan AS untuk berhasil mencegat objek tersebut, kantor berita Yonhap melaporkan.
“Ada negara jahat di sana (di wilayah INDO-PACOM) yang menargetkan Amerika Serikat, (telah) menunjukkan kemampuan rudal balistik berkali-kali dan baru-baru ini,” kata Hill dalam meja bundar media virtual, merujuk pada Korea Utara.
“Jadi radar itu ditempatkan secara strategis di Alaska, sehingga dengan bidang pandang yang luas ini kita bisa menangkap ancaman yang datang dari wilayah itu,” tambahnya.
Pernyataannya datang tak lama setelah AS menandai peluncuran awal radar baru, yang menurut direktur MDA kemungkinan akan beroperasi penuh “kira-kira pada tahun 2023” setelah pengujian dan integrasi sistem.
AS mulai membangun radar jarak jauh menyusul serangkaian provokasi rudal dari Korea Utara.
Pyongyang telah mempertahankan moratorium rudal balistik jarak jauh sejak November 2017, tetapi melakukan beberapa uji coba rudal jarak pendek tahun ini, termasuk uji peluncuran rudal hipersonik yang diklaim sendiri pada bulan September dan rudal balistik yang diluncurkan bulan berikutnya.
Hill mengatakan LRDR pada akhirnya akan ditingkatkan untuk melacak rudal hipersonik, meskipun fokusnya saat ini adalah untuk mendeteksi ancaman rudal balistik.
Namun, radar akan “sangat kuat” dan akan “memilih benda-benda mematikan,” sebagai lawan umpan atau benda-benda tidak mematikan dari rudal, seperti booster atau kaleng bahan bakar.
“Jika kita dapat memilih objek mematikan, maka kita akan menembak objek mematikan itu dan bukan pada booster atau beanbags,” kata Hill.
“Jadi, itulah hal-hal teknis di balik istilah diskriminasi. Ini memilih objek mematikan atau objek mematikan.”