CakapCakap – Cakap People! Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Senin, 25 Juli 2022, dengan keras mengecam eksekusi empat aktivis pro-demokrasi di Myanmar.
Menlu AS menuduh junta militer Myanmar berusaha mengirim pesan mengerikan kepada mereka yang menginginkan pemulihan pemerintah sipil yang digulingkan di negara itu.
“Tindakan kekerasan yang tercela ini menunjukkan pengabaian total rezim terhadap hak asasi manusia dan supremasi hukum,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan.
“Pengadilan palsu rezim dan eksekusi ini adalah upaya terang-terangan untuk memadamkan demokrasi; tindakan ini tidak akan pernah menekan semangat orang-orang pemberani Burma,” imbuh Blinken, menggunakan nama lama untuk Myanmar.
“Amerika Serikat bersama rakyat Burma dalam mengejar kebebasan dan demokrasi dan menyerukan kepada rezim untuk menghormati aspirasi demokrasi rakyat.”
Eksekusi tersebut dilakukan selama akhir pekan, yang mana para korban; Kyaw Min Yu, lebih dikenal sebagai Ko Jimmy, mantan anggota parlemen Phyo Zayar Thaw, Hla Myo Aung, dan Aung Thura Zaw ditangkap tahun lalu.
Menurut media junta Myanmar, Global New Light, keempat aktivis tersebut didakwa atas “kasus pembunuhan brutal.”
Eksekusi mati itu menandai eksekusi pertama yang dilakukan Myanmar sejak 1980-an.
Sejarah Myanmar yang mayoritas beragama Buddha penuh dengan rezim junta.
Kudeta terbaru, yang diluncurkan pada Februari 2021, telah disambut dengan kerusuhan sipil massal.
Militer telah menggunakan kekuatan dalam upayanya untuk memadamkan perbedaan pendapat dan membunuh lebih dari 2.000 orang, menurut pemantau lokal, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
PBB memperkirakan bahwa lebih dari 700.000 orang telah mengungsi di negara itu pada 1 Juni, termasuk lebih dari 250.000 anak-anak.