CakapCakap – Cakap People! Artis Kartika Putri melalui akun Instagram pribadinya mengunggah foto dirinya yang mengalami ruam dan keunguan pada bagian wajah. Perempuan kelahiran 1991 ini mengungkapkan dirinya mengidap sindrom Stevens Johnson akibat autoimun yang sudah lama dideritanya.
Apa yang dialami oleh Kartika Putri merupakan kasus yang jarang terjadi, terutama di Indonesia. Kasus sindrom Stevens Johnson sebelumnya memang diketahui menjangkit penderita autoimun.
Apa itu sindrom Stevens Johnson?
Dilansir dari Mayo Clinic sindrom, sindrom Stevens Johnson merupakan kelainan fatal pada kulit dan selaput lendir yang sedikit langka terjadi. Biasanya hal ini terjadi akibat reaksi terhadap pengobatan yang diidentifikasikan dengan gejala mirip flu, diikuti dengan ruam dengan rasa nyeri yang menyebar kemudian melepuh, hingga lapisan atas kulit yang terkena akan mati, terkelupas dan mulai sembuh setelah beberapa hari.
Sindrom Stevens-Johnson adalah keadaan darurat medis yang biasanya memerlukan rawat inap. Perawatan pengobatan akan berfokus untuk menghilangkan dan mencari penyebabnya. Juga memberi perawatan seperti merawat luka, mengurangi rasa sakit, dan meminimalkan komplikasi seiring pertumbuhan kembali kulit. Bahkan pada beberapa kasus diperlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk pulih.
Bentuk yang lebih parah dari kondisi ini disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN). Ini melibatkan lebih dari 30 persen permukaan kulit dan kerusakan luas pada selaput lendir.
Penyebab sindrom Stevens Johnson
Sindrom Stevens Johnson adalah penyakit langka dan sulit diprediksi penyebabnya. Tenaga kesehatan pun mungkin tidak dapat mengidentifikasi penyebab pastinya. Tetapi, biasanya kondisi ini dipicu oleh penggunaan obat-obatan, infeksi, atau bahkan keduanya. Infeksi pada tubuh juga dapat menyebabkan sindrom Stevens-Johnson, termasuk pneumonia dan HIV.
Kemungkinan ada reaksi yang timbul terhadap obat ketika sedang digunakan atau dalam kurun waktu hingga dua minggu setelah berhenti menggunakannya.
Berikut beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan sindrom Stevens-Johnson:
– Obat anti asam urat, seperti allopurinol
– Obat untuk mengatasi kejang dan penyakit jiwa (antikonvulsan dan antipsikotik)
– Sulfonamida antibakteri (termasuk sulfasalazine)
– Nevirapin (Viramune, Viramune XR)
– Obat pereda nyeri, seperti acetaminophen (Tylenol, lainnya), ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya) dan naproxen sodium (Aleve).
Gejala sindrom Stevens Johnson
Satu hingga tiga hari sebelum ruam timbul, kemungkin dapat dilihat dari gejala yang memperlihatkan tanda-tanda awal sindrom Stevens-Johnson, termasuk demam, sakit mulut dan tenggorokan, kelelahan, serta mata terasa seperti sedang terbakar. Ketika kondisi ini sedang dialami, maka akan timbul tanda dan gejala lebih lanjut meliputi:
– Nyeri kulit meluas yang tidak diketahui penyebabnya
– Ruam merah atau ungu yang menyebar
– Lepuh pada kulit dan selaput lendir mulut, hidung, mata dan alat kelamin
– Pengelupasan kulit dalam beberapa hari setelah lepuh terbentuk.
Perawatan sindrom Stevens-Johnson
Dilansir dari National Health Service, sindrom Stevens Johnson sebagian besar memerlukan perawatan di rumah sakit, bahkan sampai di unit perawatan intensif. Tanpa pengobatan lebih lanjut, gejalanya bisa mengancam nyawa.
Jika kemungkinan sindrom Stevens Johnson disebabkan oleh obat yang sedang dikonsumsi, pemakaian obat tersebut sebaiknya dihentikan. Kemudian minta pertolongan medis untuk mendapatkan perawatan untuk meringankan gejala, yang mungkin termasuk:
– Cairan ke dalam pembuluh darah untuk mencegah dehidrasi
– Krim dan pelembab untuk melembabkan dan melindungi kulit
– Obat penghilang rasa sakit untuk membantu meringankan rasa sakit
– Obat-obatan untuk mengendalikan peradangan dan mencegah infeksi.
Mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan bagi penderita agar kembali pulih sepenuhnya dari sindrom Stevens-Johnson. Kemungkinan besar penderita sindrom ini akan merasa seperti sangat lelah selama beberapa minggu setelah meninggalkan rumah sakit.
Kemudian setelah mendapat pengobatan ruam pada kulit biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 minggu untuk pulih, namun terkadang bisa lebih lama jika mengalami infeksi kulit yang parah.
Jika gejala yang disebabkan oleh reaksi terhadap suatu obat, Anda harus menghindari penggunaan obat tersebut (dan mungkin obat serupa lainnya) selama sisa hidup penderita. Dokter yang menangani akan menjelaskan dan mendiskusikan hal ini lebih lanjut untuk mengetahui kesediaan atau alternatif lain bagi penderita.